MODEL PEMBELAJARAN BERKELOMPOK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS BELAJAR IPA SISWA KELAS VI PETROKIMIA KABUPATEN GRESIK
Drs.Subawadi , M.Pd 1)
Abstrak :
Realita proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama
ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta
didik masih saja menjadi obyek. Hasil pengamatan dan pengataman mengajar di SDN
Petrokimia Kabupaten Gresik selama ini,
penulis merasakan bahwa kondisi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan di depan
benar-benar terjadi sehingga motivasi dan prestasi belajar masih sangat rendah.
Upaya yang penulis lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, melalui
implementasi Model Pembelajaran Berkelompok. Pembelajaran Berkelompok
Berpasangan merupakan model pembelajaran, dimana kelas dikelola menjadi kelompok-kelompok
kecil dan masing-masing kelompok kecil siswa diminta berpasangan untuk membahas
topik yang diajarkan dengan bantuan LDS (Lembar Diskusi Siswa). Dari angket
diperoleh bahwa aktifitas belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak
mencatat hasil diskusi kelompok (25%) dan ada yang merasa minder (39%) pada siklus
pertama dan ditiadakan pada siklus kedua. Prestasi yang dicapai rata-rata kelas
baik (83), masih ada 2 (dua) siswa yang belum tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai
sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata 150, sedangkan jumlah nilai yang
diterima siswa dibawah rata-rata kelas sebesar 149. Prestasi yang dicapai rata-rata
kelas baik meningkat (85), semua siswa tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan
anak berprestasi diatas rata-rata menurun 150 ke 97, sedangkan jumlah nilai
yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas juga menurun 149 ke 89 berarti
kesenjangan prestasi siswa kelompok cepat dan kelompok lambat tidak terlalu
jauh, sehingga prinsip gotong royong sangat baik dalam mencapai tujuan pembelajran.
Kata Kunci : Pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan ,
Kualitas Belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
PENDAHULUAN
Pembaharuan
pola pikir pendidikan diawali dengan renungan akan keberhasilan pendidikan yang
telah dilaksanakan. Sepajang kurun waktu 32 tahun lebih tidak kurang dari 5 (lima)
kali telah mencoba membuat arah pendidikan Nasional, namun hasilnya masih belum
memuaskan, ini disebabkan antara lain pola pikir kita tentang pendidikan masih
jauh tertinggal dengan kecepatan perkembangan zaman yang menuntut perubahan
peradaban. Perubahan ini mengilhami perkembangan proses pembelajaran yang harus
diterapkan dalam setiap jenjang pendidikan.
Selama ini
masih banyak yang menganggap bahwa siswa sebagi obyek pendidikan, siswa datang
ke sekolah dianggap botol kosong yang harus diisi oleh berbagai pengetahuan,
yang kadang kurang memperdulikan kondisi dan kemampuan siswa. Guru menganggap
dirinya seorang paling super dan gudang ilmu yang perlu menuangkan ilmunya
bergitu saja. Sedangkan siswa juga masih banyak yang mengingingkan disuapi
instan oleh sang guru sehingga ia datang ke sekolah kosong dengan apa yang
harus ia pelajari, seakan tanpa guru tidak ada pengetahuan yang diperolehnya,
karena menganggap guru adalah satu satunya sumber belajar. Kondisi yang
demikian ini tidak sesui dengan pola pikir atau paradigma baru tentang pembelajaran.
Belajar
dengan mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar telah membawa
siswa benar-benar tergantung pada guru. Interaksi pembelajaran terjadi searah, jawaban
siswa seragam terbelenggu, merasa takut bila jawaban tidak sama, ide atau
gagasan baru tidak berkembang, takut untuk bertanya kawatir pertanyaan tidak
mengena, belum lagi siswa merasa sulit untuk menyusun rangkaian kata-kata dalam
menjawab dan bertanya dengan kalimat yang bagus, seringkali siswa tidak menghargai
pendapat, ide temanya. Sehingga suasana kelas benar-benar tenang tertib, sunyi,
pasif, dan inovasi, kreatifitas jadi buntu. Sutikno (2006:51) mengatakan bahwa
Realita proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama ini sama
sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik masih
saja menjadi obyek. Mereka diposisikan sebagai orang yang tertindas, orang yang
tidak tahu apa-apa, orang yang harus dikasihani, oleh karena itu harus dijejali
dan disuapi.
Kondisi
seperti apa yang disampaikan oleh Sutikno tersebut dapat mengakibatkan
ketergantungan peserta didik dengan guru terlalu tinggi, kreatifitas siswa
rendah, daya nalar dan daya fikirpun juga rendah, sehingga bisa jadi kemampuan
kognisi, afeksi dan psikomotori kurang. Ini tidak sejalan dengan proses reformasi
dibidang pendidikan kita. Suasana pembelajaran yang lebih menekankan pada
kemandirian peserta didik akan dapat mendorong pembelajar termotivasi untuk belajar,
dan selalu siap bekerjasama dalam pembelajaran yang dapat menambah kepercayaan
diri, kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang semacam ini akan mendorong pembelajar
untuk meningkatkan kemapuan dalam mengkontruksi pengetahuan dan pemahaman yang
lebih luas.
Dalam hal
ini lebih lanjut Sutikno menyampaikan bahwa: Model pendidikan dan pembelajaran
yang didominasi dengan kegiatan ceramah, yang menempatkan guru sebagai figur
sentral dalam proses pembelajaran di kelas karena banyak berbicara, sementara
siswa hanya duduk manis menjadi pendengar yang pasif dan mencatat apa yang
diperintahkan guru harus segera ditinggalkan. Paling tidak dikurangi. Sebaliknya,
model pembelajaran yang memberi peluang yang lebih luas kepada peserta didik
untuk terlibat aktif dalam mengkontruksi pengetahuan dan pemahamanya dalam
proses "pemanusianya" mutlak ditumbuh kembangkan. (M. Sobry Sutikno,
2005:51).
Hasil
pengamatan dan pengalaman mengajar di SDN Petrokimia Kabupaten Gresik selama
ini, penulis merasakan bahwa kondisi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan
di depan benar-benar terjadi sehingga motivasi dan prestasi belajar masih
sangat rendah. Untuk itu perlu diupayakan pembelajaran yang menjadikan siswa
sebagai subyek pembelajaran, dimana siswa diberi kesempatan berinterkasi dengan
berbagai sumber belajar dan menempatkan guru sebagai motivator, inovator, planner,
fasititator, dan developer. Berdasar latar belakang di atas maka penulis perlu
pengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Upaya yang
penulis lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, melalui implentasi Model
Pembelajaran Berkelompok Berfikir Berepasangan . Model Pembelajaran Berkelompok
Berfikir Berpasangan merupakan model pembelajaran, dimana kelas dikelola
menjadi kelompok-kelopok keciI dan masing-masing kelompok kecil siswa diminta
berpasangan untuk membahas topik yang diajarkan dengan bantuan LDS (Lembar
Diskusi Siswa).
Berdasarkan
masalah yang diuraikan pada latar belakang, masalah dapat penulis rumuskan
sebagai berikut: Bagaimana model pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil pembelajaran
IPA?. Rumusan masalah juga merupakan tujuan dari penelitian ini. Hipotesis penelitian
tindakan kelas ini kami rumuskan sebagai berikut: Model pembelajaran Gotong
Royong Berfikir Berpasangan (GRB2) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran serta
meningkatkan hasiI belajar IPA di SDN Petrokimia Kabupaten Gresik. Adapun
manfaat penelitian adalah: Manfaat bagi siswa: a) memberikan sajian pembelajaran
yang menarik, b) melatih anak untuk hidup bergotong royong dalam mencapai
tujuan, c) melatih anak agar mampu berkomunikasi lesan atau tulisan dan
menghargai pendapat orang lain, d) meningkatkan hasil/prestasi belajar. Manfaat
bagi guru: a) sebagi alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan
efektifitas pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar, dan b) mengatasi
problem pembelajaran yang selama ini dikeluhkan terutama terhadap rendahnya prestasi
belajar siswa. Manfaat bagi sekolah: a) memberi masukan bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, b) sebagai wahana untuk menyusun rencana
pengembangan sekolah terutama dalam pembaharuan proses pembelajaran. Manfaat
bagi pemerhati pendidikan: a) sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan arah
kebijakan dalam hal pembaharuan proses pembelajaran, b) sebagai bahan
pertimbangan dalam merencanakan pemenuhan sarana prasarana pendidikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini dipilih
sesuai dengan karakteristik permasalahan serta tujuan penelitian, dimana penulis
ingin memperbaiki kualitas pembelajaran dalam hal aktifitas dan hasil belajar
siswa SDN Petrokimia Gresik. Alur pelaksanaan kegiatan ini dirancang sebagai
berikut: refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
refleksi dan rancangan ulang.
Rancangan Siklus I
a. Refleksi awal
Pada tahap
ini penulis mengidentifikasi permasalahan dan menganalisis masalah pembelajaran
IPA yang terjadi di SDN Petrokimia di kelas 6 semester genap tahun pelajaran
2012/2013.
b. Merumuskan Permasalahan secara
Operasional
Pada tahap
ini penulis merumuskan permasalahan yang muncuI dalam pembelajaran di kelas
terutama yang menyangkut metode pembelajaran yang digunakan di dalam kelas dan
reaksi siswa terhadap materi.
c. Merumuskan Hipotesis Tindakan
Setelah
merumuskan permasalahan penulis mencoba merumuskan hepotesis tindakan sebagai
berikut model pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan dapat meningkatkan
aktifitas dan hasil pembelajaran IPA di SDN Petrokimia Gresik.
d. Menyusun Rancangan Tindakan
Rancangan
tindakan sebagai berikut:
1)
Menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan
2)
Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran
3)
Menyusun LDS (Lembar Diskusi Siswa)
4)
Menyusun pengelolaan kelas
5)
Menyusun alat pengumpul data berupa: lembar pengamatan, b)
catatan lapangan tentang petaksanaan proses pembelajaran dan c) instrument
penilaian.
6)
Menyusun rencana pengolahan data
e. Pelaksanaan Tindakan
Sebagai
guru IPA penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelakanaan
pembelajaran (RPP). Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model pembelajaran
Berkelompok Berfikir Berpasangan, dengan
metode ceramah, pemberian tugas diskusi berpasangan, diskusi kelompok dan diskusi
kelas (pleno). Adapun proses pembelajaran sebagai berikut:
1)
Pendahuluan
Apersepsi: (a)
guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar, (b) guru membagi kelompok secara homogen
terdiri dari empat atau enam orang, dan setiap kelompok membentuk sub kelompok
terdiri dari dua orang atau berpasangan, (c) guru menjelaskan cara kerja kelompok
dalam proses pembelajaran, dengan metode ceramah.
2)
Kegiatan lnti
Dalam
kegiatan ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
(a)
Guru memastikan bahwa semua siswa telah berkelompok sesuai
dengan yang diharapkan, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk
membentuk pasangan masing-masing dua orang (sub kelompok) dan memilih ketua kelompok
yang bertugas untuk mengkoordinasi kerja kelompok, kemudian guru membagikan LDS
(Lembar Diskusi Siswa) yang berupa kartu butir LDS untuk didiskusikan oleh
setiap pasang kelompok (sub kelompok).
(b)
Guru meminta masing-masing pasangan sub kelompok mendiskusikan
kartu LDS-nya dengan dibantu literatur (buku yang dimiliki) dan sumber belajar yang
lain, guru berkeliling kelompok untuk mengamati proses diskusi dan membimbingnya.
Setelah masing-masing sub kelompok mendiskusikan maka diminta kartu LDS ditukar
ke sub kelompok lainya untuk didiskusikan.
(c)
Kemudian setelah masing-masing pasangan sub kelompok selesai
mengerjakan LDS-nya, guru meminta ketua kelompok memimpin diskusi kelompok
untuk menyamakan persepsi yang kemudian digunakan untuk pleno (diskusi kelas), guru
memgamati proses diskusi kelompok sambil memberi motivasi dan membimbing agar
materi diskusi dapat diselesaikan dengan baik.
(d)
Setelah diskusi kelompok dianggap cukup kemudian guru
memimpin diskusi kelas (pleno), masing-msing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan
hasil diskusi secara berurutan sedang kelompok yang lain untuk menanggapinya
sampai ada kata sepakat. Guru bertindak sebagai moderator, motivator sekaligus
sebagai evaluator dan memberi penguat hasil diskusi.
(e)
Setelah diskusi kelas selesai, kemudian guru mengadakan tes
formatif untuk mengetahui daya serap belajar siswa baik secara lesan atau tertulis
tergantung waktu yang tersedia.
3)
Kegiatan Akhir
Dalam
kegiatan akhir guru menyampaikan kesimpulan/evaluasi hasil diskusi dan
menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
f.
Pengamatan
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati pada proses pembelajaran
yang meliputi menyampaikan pertanyaan melalui angket tentang proses pembelajaran
sebelum dan setelah tindakan, mengamati aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
dan dokumen hasil belajar melalui tes ulangan formatif/harian. Guru dibantu
teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung,
mencatat data-data yang muncul selama proses pembelajaran kemudian
mentranskripsikan.
Analisia
dokumentsi dilakukan dengan menilai hasil diskusi masing-masing kelompok dan
evaluasi (tes) hasil belajar secara individul dan kelompok. Hasil individual
dikonfirmasikan dengan hasil kelompok untuk mengetahui berapa besar sumbangan
individu terhadap kelompok. Diharapkan siswa yang disumbang oleh kelompok
berikutnya dapat memperkeciI sumbanganya bahkan dapat menyumbangnya, sedangkan
yang pernah menyumbang dapat meningkatkan hasil sumbangannya sehingga setiap
siswa terpacu untuk menyumbangkan hasil belajar (nilai) lebih besar kepada kelompoknya
dan hasiI belajar siswa meningkat.
g. Refleksi
Analisis
data dan refleksi dilakukan penulis dengan teman sejawat. Hasil refleksi
dicatat dan menghasilkan rekomendasi untuk rancangan tindakan pada siklus kedua
sebagai rancangan tindakan lanjutan.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di semester genap kelas 6 SDN Petrokimia Kabupaten Gresik
tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 32 siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian
ini diperoleh dengan teknik pengamatan, catatan lapangan, koesoner, dan studi
dokumentasi.
a.
Teknik pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk menilai
proses pembelajaran.
b.
Teknik koesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap proses pembelajaran.
c.
Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa.
HasiI dari
siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada
penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi kembali untuk penyempurnaan
pelaksanaan siklus ketiga.
Analisis Data
Analisis
data dilakukan secara diskriptik kualitatif berdasarkan hasil observasi
terhadap efektifitas pembelajaran dan hasil belajar, dengan langkah sebagai
berikut:
a.
Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali
data-data yang telah dikumpulkan.
b.
Melakukan intepretasi, yaitu menafsirkan yang diwujudkan
dalam bentuk pernyataan.
c.
Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pebelajaran
ini terjadi peningkatan kualitas belajar atau tidak.
d.
Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah
perbaikan untuk siklus berikutnya.
e.
Pengambilan kesimpulan, berdasarkan analisis hasil-hasiI
obsevasi, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Indikator
pembelajaran aktif, adalah mudah memahami, termotivasi, aktif melaksanakan,
kerjasama, senang, mau berpendapat dan bertanya dengan rentangan: Rendah 0%-40%,
Sedang 41%-70%, dan tinggi 71%-100%. Sedangkan rentangan prestasi sebagai
berikut dikatakan rendah bila nilai yang dicapai di bawah KKM (65) 0-64, sedang
65-75, tinggi 76-100.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Angket Pasca Siklus 1(satu)
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Menurut kamu apakah pembelajaran gotong royong kelompok
berpasangan, bersifat menyenangkan?
|
98%
|
2%
|
2
|
Apakah kamu lebih mudah memahami materi IPA dengan cara
belajar seperti ini?
|
97%
|
3%
|
3
|
Apakah cara belajar seperti ini, merangsang kamu untuk
belajar dan belajar (ingin belajar terus)?
|
100%
|
0%
|
4
|
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, memberi
beban berat belaiar kamu?
|
0%
|
100%
|
5
|
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, perlu
diterapkan pada pembelajaran berikutnya?
|
83%
|
7%
|
6
|
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, kamu
ikut bekerja kelompok?
|
100%
|
0%
|
7
|
Apakah kamu memberi andil pendapat dalam kelompokmu?
|
99%
|
1%
|
8
|
Apakah kamu pernah memberi bantuan pemahaman kepada anggota
kelompokmu?
|
100%
|
0%
|
9
|
Apakah kamu melakukan kegiatan/mencatat sesuai dengan
hasil kelompokmu?
|
75%
|
25%
|
10
|
Apakah kamu merasa minder/ kurang percaya diri dalam kelompokmu?
|
39%
|
61%
|
11
|
Apakah kamu pernah memberi komentar/bertanya kepada
kelompok lain?
|
83%
|
17%
|
12
|
Menurut kamu apakah perlu adanya pertukaran kelompok pada
pertemuan berikutnya
|
76%
|
24%
|
13
|
Apakah kamu menulis hasiI diskusi/kesimpulan pada akhir
pembelalaran pada bukumu?
|
89%
|
11%
|
14
|
Dalam pembelajaran seperti ini, apakah kamu lebih aktif
dari pada cara pembelajaran sebelumnya?
|
83%
|
7%
|
15
|
Menurut kamu apakah pembelajaran gotong royong kelompok
berpasangan, perlu dikembangkan?
|
97%
|
3%
|
Dari angket diperoleh bahwa aktifitas
belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok
(25%) dan ada yang merasa minder (39%)
Hasil Prestasi Belajar IPA Siklus Satu
NO
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
KELOMPOK
|
SUMBANGAN KE KELOMPOK
|
RATA-RATA KEL
|
1
|
Rianto
|
68
|
1
|
-20
|
88
|
2
|
Syaifullah
|
96
|
1
|
+8
|
|
3
|
Marliana
|
96
|
1
|
+8
|
|
4
|
HidayatuI M
|
89
|
1
|
+1
|
|
5
|
Moh. Evi Priandika
|
90
|
1
|
+2
|
|
6
|
NuruI Hidayah
|
87
|
1
|
-1
|
|
7
|
Felick Hondolo
|
100
|
2
|
+13
|
87
|
8
|
Lia Nurhayati
|
100
|
2
|
+13
|
|
9
|
Retno Adi W.
|
87
|
2
|
0
|
|
10
|
Randi Ratna Sari
|
92
|
2
|
+5
|
|
11
|
Neneng A.
|
46
|
2
|
-41
|
|
12
|
Riska Nikmatul H
|
94
|
2
|
+7
|
|
13
|
Fendi Fudi Hartono
|
91
|
3
|
+18
|
73
|
14
|
Bambang Lutfi
|
93
|
3
|
+20
|
|
15
|
Dini Nurhidayati
|
40
|
3
|
-33
|
|
16
|
MakrifauI Jannah
|
68
|
3
|
-5
|
|
17
|
Farida Utami
|
80
|
4
|
-3
|
83
|
18
|
Faridz Imami
|
87
|
4
|
+4
|
|
19
|
Rudi Setiawan
|
62
|
4
|
-21
|
|
20
|
Hana Dwi Wanda
|
94
|
4
|
+11
|
|
21
|
Lia Riski
|
89
|
4
|
+6
|
|
22
|
Widia Ayu F
|
88
|
4
|
+5
|
|
23
|
Eka Pratama
|
69
|
5
|
-9
|
78
|
24
|
Rizki Yuli Andini
|
65
|
5
|
-13
|
|
25
|
Roni H.
|
97
|
5
|
+19
|
|
26
|
Dian Anastagia
|
80
|
5
|
+2
|
|
27
|
Moh. Tsabit
|
84
|
6
|
-6
|
90
|
28
|
Wahyuni Sara
|
87
|
6
|
-3
|
|
29
|
Tika Wahvu N
|
89
|
6
|
-1
|
|
30
|
Nandang Yorieanta
|
95
|
6
|
+5
|
|
31
|
Dianto Permono
|
91
|
6
|
+1
|
|
32
|
Titik Hidayati
|
92
|
6
|
+2
|
Hasil Belajar Siklus 1 (Satu)
Siklus
|
∑ Nilai sumbangan
|
∑ Nilai disumbang
|
Rerata prestasi kelas
|
Siklus 1
|
150
|
149
|
83
|
Prestasi yang dicapai rata-rata kelas
baik (83), masih ada 2 (dua) siswa yang belum tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai
sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata 150, sedangakan jumlah nilai yang
diterima siswa dibawah rata-rata kelas sebesar 149.
Hasil Prestasi Belajar IPA Siklus Dua
NO
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
KELOMPOK
|
SUMBANGAN KE KELOMPOK
|
RATA-RATA KEL
|
1
|
Rianto
|
83
|
1
|
0
|
83
|
2
|
Syaifullah
|
97
|
1
|
+14
|
|
3
|
Marliana
|
86
|
1
|
+3
|
|
4
|
HidayatuI M
|
86
|
1
|
+3
|
|
5
|
Moh. Evi Priandika
|
83
|
1
|
0
|
|
6
|
NuruI Hidayah
|
65
|
1
|
-18
|
|
7
|
Felick Hondolo
|
96
|
2
|
+6
|
90
|
8
|
Lia Nurhayati
|
91
|
2
|
+1
|
|
9
|
Retno Adi W.
|
84
|
2
|
-6
|
|
10
|
Randi Ratna Sari
|
95
|
2
|
+5
|
|
11
|
Neneng A.
|
76
|
2
|
-4
|
|
12
|
Riska Nikmatul H
|
96
|
2
|
+6
|
|
13
|
Fendi Fudi Hartono
|
79
|
3
|
-2
|
81
|
14
|
Bambang Lutfi
|
84
|
3
|
3
|
|
15
|
Dini Nurhidayati
|
83
|
3
|
+2
|
|
16
|
MakrifauI Jannah
|
76
|
3
|
-5
|
|
17
|
Firida Utami
|
95
|
4
|
+8
|
83
|
18
|
Faridz Imami
|
81
|
4
|
-2
|
|
19
|
Rudi Setiawan
|
76
|
4
|
-7
|
|
20
|
Hana Dwi Wanda
|
95
|
4
|
+12
|
|
21
|
Lia Riski
|
79
|
4
|
+4
|
|
22
|
Widia Ayu F
|
70
|
4
|
-13
|
|
23
|
Eka Pratama
|
84
|
5
|
-1
|
85
|
24
|
Rizki Yuli Andini
|
82
|
5
|
-3
|
|
25
|
Roni H.
|
87
|
5
|
+2
|
|
26
|
Dian Anastagia
|
86
|
5
|
+1
|
|
27
|
Moh. Tsabit
|
82
|
6
|
-7
|
89
|
28
|
Wahyuni Sara
|
74
|
6
|
-15
|
|
29
|
Tika Wahvu N
|
98
|
6
|
+9
|
|
30
|
Nandang Yorieanta
|
83
|
6
|
-6
|
|
31
|
Dianto Permono
|
99
|
6
|
+10
|
|
32
|
Titik Hidayati
|
97
|
6
|
+8
|
Hasil Belajar Siklus 2
Siklus
|
∑ Nilai sumbangan
|
∑ Nilai disumbang
|
Rerata prestasi
|
Siklus 2
|
97
|
89
|
85
|
Prestasi yang dicapai rata-rata kelas
baik meningkat (85), semua siswa tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan
anak berprestasi diatas rata-rata menurun 150 ke 97, sedangakan jumlah nilai
yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas juga menurun 149 ke 89 berarti
kesenjangan prestasi siswa kelompok cepat dan kelompok lambat tidak terlalu jauh,
sehingga prinsip gotong royong sangat baik dalam mencapai tujuan pembelajaran
dari pada prinsip persaingan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berkelompok dapat
meningkatkan kualitas hasil belajar dan mengurangi kesenjangan hasil belajar kelompok
siswa yang lambat belajar dengan siswa yang cepat belajar dan tidak memperlambat
kecepatan belajar pada siswa kelompok cepat.
Saran
Model PGRB2 dapat digunakan sebagai alternatif
pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan kualias pembelajaran baik dari
segi keaktifan, sosial, vokasional dan prestasi. Untuk itu disarankan dicobakan
pada berbagai pembelajaran dan dikembangkan, namun perlu diperhatikan
pengawasan dan pembimbingan agar anak yang lambat belajar tidak minder, yang
cepat belajar dengan senang hati membagi pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Sy, B. Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. (ER) . Jakarta: Rineka Cipta
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1979. Administrasi dan Metodologi Pengajaran
(jilid 2). Proyek BPGT. Bandung.
Guto,
W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
lbrahim,
Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif . Pusat Sains dan Matematika Sekolah,
Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.
Sardiman,
A.M. 2005. Interaksi dan Motiavasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajawati
Grafido Persada.
Sutrisno.
2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Tehnik Pendidikan Berbasis
Kompetensi. Jogjakarta: Ar-ruzz
Sutikno,
Sobry, M. 2006. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. Mataram: NTP Press
Stameto.
2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Wiyono, B.B.
1999. Manajemen Layanan Khusus di Sekolah. Malang:
IKIP Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar