ABSTRACT
INFLUENCE OF ATHLETIC THERAPY : BY FOOT TO
CHANGE OF BLOOD GLUCOSE RATE AT PATIENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2
By
Dian Rahmawati
Diabetes
Mellitus Type 2 arising as heterogeneous disparity which include genetic factor
and also environment marked with increase of blood glucose rate. This disease a
more regular happened at people of obesities effect of wrong life style. One of
effort operation of blood glucose rate is athletic therapy by foot. Intention
of this research is to explain influence of athletic therapy by foot to change
of blood glucose rate at patient of Diabetes Mellitus Type 2.
Research design
the used is pre design experimental (test pre group one - post test design).
Election of sample use technique of purposive sampling. Total of responder
taken as research sample counted 25 people. This research consist of 2 variable
: variable dependent : blood glucose rate and variable independent : athletics
by foot. At this research responder giving treatment of athletic therapy by
foot counted 3 times within a week. Data to be collected than is analyzed by tabulation,
then using test of t-test with level of significance at level 0.05.
Result of
statistic by using test of t-test indicate that at treatment I ttest
= 2.588 > t tables = 2.021, treatment II ttest = 4.554
> ttables = 2.201, and treatment III ttest = 4.401
> t tables = 2.201.
At every
treatment show value of t test bigger than ttabel so that
can be concluded that there is influence of athletic therapy : by foot to
change of blood glucose rate at patient of Diabetes Mellitus type 2.
Keyword : Athletic Therapy: By Foot, Rate Glucose
Blood and Diabetes Mellitus
Type 2
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus tipe 2 timbul sebagai kelainan
heterogen yang mencakup baik faktor genetik maupun lingkungan yang ditandai
kenaikan kadar glukosa darah (Rumoharbo, 1999). Kenaikan kadar glukosa darah
akan dikeluarkan melalui air seni dan terjadilah glukosuria. Diabetes Mellitus
tipe 2 adalah penyakit yang bisa disebut “silent
killer”. Dimana sering kali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita diabetes. Jika tidak segera ditangani dengan cepat, diabetes akan
menimbulkan berbagai komplikasi penyakit yang akan menurunkan produktivitas
kerja bahkan bisa menimbulkan kematian.
Angka kejadian diabetes tiap tahun semakin bertambah seiring dengan gaya hidup moderen yang
serba instan dan canggih. Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang yang
mengalami obesitas yang diakibatkan gaya
hidupnya. Usaha pengendalian kadar glukosa darah adalah dengan diet dan
olahraga (misalnya: berjalan kaki) secara teratur, serta tetap rutin minum obat
anti diabetes dan pemantauan kadar glukosa darah. Olahraga bermanfaat untuk
meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan dan meningkatkan massa otot. Jenis olahraga
yang dianjurkan bagi diabetesi adalah aerobik, yang termasuk olahraga jenis ini
adalah jalan kaki (Fitria, 2009). Dari data awal yang dilakukan peneliti di
Puskesmas Sukomulyo diketahui bahwa 50%
dari 36 responden tidak pernah melaksanakan olahraga. Namun sampai saat ini
pengaruh terapi olahraga khususnya jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa
darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 belum dapat dijelaskan.
Saat ini 230 juta penduduk dunia mengidap diabetes.
Angka ini naik 3 % atau bertambah 7 juta jiwa setiap tahunnya. Pada tahun 2025,
diperkirakan 350 juta orang akan terkena diabetes. Penyebab kematian terbesar
keempat di dunia adalah diabetes. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung olehnya. Itu berarti
ada 1 orang per 10 detik, atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit
yang berkaitan dengan diabetes (Ana Fitria, 2009). Menurut National Health Survey pada tahun
2004 di Singapura 8,9 % pria dan 7,6 %
wanita terkena diabetes. Di India penyakit ini menduduki rangking teratas yaitu 15,3 %, Malaysia 11 % dan di Cina 7,1 %. Di
Indonesia pada tahun 1995 4,5 juta jiwa pengidap diabetes dan menempati rangking 7 terbanyak
di dunia. Pada tahun 2000 menjadi 8,4 juta penduduk. Pada tahun 2006 diperkirakan
meningkat tajam menjadi 14 juta orang. WHO juga memperkirakan di tahun 2030
akan ada sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes (Fitria,
2009). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik tahun 2010 menunjukkan jumlah
penderita Diabetes di Kabupaten Gresik sebanyak 14.549 orang. Di Puskesmas
Sukomulyo dalam kurun waktu 3 tahun terakhir penyakit ini selalu masuk dalam 10 besar penyakit
terbanyak. Dampak dari kondisi ini berpengaruh pada pengadaan stok hipoglikemik
oral di puskesmas. Pada bulan Januari sampai dengan Maret jumlah
penderita diabetes sebanyak 40 orang.
Hormon insulin
yang diproduksi sel beta pankreas berfungsi menjaga keseimbangan kadar
glukosa dalam darah. Dalam keadaan normal setelah makan, kadar glukosa darah meningkat yang akan diikuti kenaikan insulin secara
cepat dan menurun setelah nutrien yang masuk disimpan. Pada diabetes tipe 2
terjadi keterbatasan respon sel beta terhadap kenaikan kadar glukosa darah (Robbins, 2007). Kadar glukosa darah yang
tinggi dan terus menerus dapat berakibat rusaknya pembuluh darah. Zat komplek
yang terdiri dari glukosa di dinding
pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran.
Sirkulasi darah yang buruk dapat mengakibatkan komplikasi pada mata, jantung,
ginjal, saraf dan kulit (Fitria, 2009).
Olahraga bisa
dimulai dari yang jenisnya ringan misalnya berjalan kaki di pagi hari,
karena selain mudah dikerjakan, murah, juga membantu tubuh mencukupi kebutuhan
vitamin D yang ada pada sinar matahari. American
Journal of Epidemiologi, menyebutkan bahwa vitamin D membantu
keteraturan metabolisme tubuh, termasuk
glukosa darah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh terapi
olahraga jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2.
METODE DAN ANALISA
Penelitian ini menggunakan desain Pre Experimental Design (one
group pre test-post test design) yaitu penelitan eksperimen dengan cara
dilakukan pre test dahulu sebelum dilakukan intervensi dan setelah diberi intervensi
lalu dilakukan post test. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas sukomulyo Gresik
sedangkan waktu penelitian tanggal 1 juli 2011 sampai November 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah Penderita DM Type 2
diwilayah kerja puskesmas sukomulyo sebanyak 40 orang. Dengan teknik sampling
purposive sampling, besar sampel dalam penelitian ini sesuai dengan criteria
inklusi yang telah di tetapkan sebesar 36 responden.dalam penelitian ini
variable bebasnya adalah Terapi olaraga jalan kaki, sedangkan variable
terikatnya adalah kadar glukosa darah. Dalam penelitian ini, instrument yang
digunakan adalah lembar kuesioner data demografi dan SOP lembar observasi.
Data yang disajikan dalam bentuk diagram dan tabel
kemudian dikumpulkan dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Data dikumpulkan
dengan cara deskriptif sdan table frekuensi yang dikonfirmasikan dalam bentuk
prosentase dan narasi. Data yang sudah berbentuk tersebut diolah dan dianalisis
dengan menggunakan uji Analisis t-test yaitu penelitian eksperimen dengan cara
dilakukan pre test dahulu sebelum
dilakukan intervensi dan setelah diberi intervensi lalu dilakukan post test. Dengan menghubungkan sampel
yang sama dengan signifikan p ≤ 0,05 artinya jika hasil uji statistic menun
jukkan p ≤ 0,05 maka Ha diterima yaitu ada pengaruh terapi olaraga jalan kaki terhadap
perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus type 2.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Kadar glukosa darah responden sebelum terapi
olahraga jalan kaki
No
|
Kadar Glukosa Darah Sebelum Intervensi
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
1
|
190
|
209
|
190
|
|
2
|
201
|
211
|
207
|
|
3
|
187
|
197
|
199
|
|
4
|
186
|
189
|
186
|
|
5
|
214
|
201
|
207
|
|
6
|
212
|
224
|
214
|
|
7
|
257
|
248
|
245
|
|
8
|
234
|
214
|
204
|
|
9
|
194
|
197
|
189
|
|
10
|
187
|
211
|
200
|
|
11
|
160
|
189
|
174
|
|
12
|
179
|
197
|
189
|
|
13
|
209
|
215
|
194
|
|
14
|
157
|
197
|
169
|
|
15
|
248
|
287
|
216
|
|
16
|
251
|
294
|
229
|
|
17
|
297
|
251
|
267
|
|
18
|
294
|
287
|
286
|
|
19
|
187
|
200
|
200
|
|
20
|
216
|
197
|
198
|
|
21
|
251
|
264
|
216
|
|
22
|
278
|
249
|
247
|
|
23
|
198
|
200
|
200
|
|
24
|
200
|
261
|
247
|
|
25
|
267
|
198
|
283
|
|
∑
|
5454
|
5587
|
5356
|
|
Mean
|
218
|
214
|
223
|
|
Std.Deviation
|
39.73
|
31.24
|
33.51
|
|
Std. Error Mean
|
7.94
|
6.24
|
6.70
|
|
2. Kadar glukosa darah responden sesudah terapi
olahraga jalan kaki
No
|
Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi
|
|||
I
|
II
|
III
|
||
1
|
156
|
147
|
187
|
|
2
|
178
|
189
|
184
|
|
3
|
164
|
171
|
165
|
|
4
|
115
|
148
|
151
|
|
5
|
198
|
190
|
196
|
|
6
|
200
|
200
|
200
|
|
7
|
216
|
216
|
201
|
|
8
|
218
|
198
|
167
|
|
9
|
159
|
167
|
141
|
|
10
|
167
|
178
|
187
|
|
11
|
105
|
141
|
134
|
|
12
|
149
|
168
|
166
|
|
13
|
186
|
200
|
147
|
|
14
|
117
|
181
|
121
|
|
15
|
204
|
216
|
190
|
|
16
|
217
|
209
|
200
|
|
17
|
254
|
214
|
206
|
|
18
|
272
|
239
|
219
|
|
19
|
163
|
187
|
183
|
|
20
|
190
|
154
|
180
|
|
21
|
212
|
201
|
176
|
|
22
|
251
|
211
|
182
|
|
23
|
171
|
189
|
154
|
|
24
|
187
|
198
|
198
|
|
25
|
246
|
163
|
208
|
|
∑
|
4690
|
4672
|
4443
|
|
Mean
|
187
|
177
|
186
|
|
Std.Deviation
|
43.66
|
25.12
|
25
|
|
Std. Error Mean
|
8.73
|
5.02
|
5
|
|
Dari tabel kadar glukosa darah responden setelah terapi
olahraga: jalan kaki, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan terapi olahraga :
jalan kaki rata-rata kadar glukosa darah
responden pada perlakuan I yaitu: 187 mg/dL, perlakuan II: 177 mg/dL dan
perlakuan III yaitu: 186 mg/dL.
- Perbandingan kadar glukosa darah responden sebelum dan setelah terapi olahraga jalan kaki
No
|
Kadar Gula Darah
|
|||||
I
|
II
|
III
|
||||
Sebelum
|
Setelah
|
Sebelum
|
Setelah
|
Sebelum
|
Setelah
|
|
1
|
190
|
156
|
209
|
147
|
190
|
187
|
2
|
201
|
178
|
211
|
189
|
207
|
184
|
3
|
187
|
164
|
197
|
171
|
199
|
165
|
4
|
186
|
115
|
189
|
148
|
186
|
151
|
5
|
214
|
198
|
201
|
190
|
207
|
196
|
6
|
212
|
200
|
224
|
200
|
214
|
200
|
7
|
257
|
216
|
248
|
216
|
245
|
201
|
8
|
234
|
218
|
214
|
198
|
204
|
167
|
9
|
194
|
159
|
197
|
167
|
189
|
141
|
10
|
187
|
167
|
211
|
178
|
200
|
187
|
11
|
160
|
105
|
189
|
141
|
174
|
134
|
12
|
179
|
149
|
197
|
168
|
189
|
166
|
13
|
209
|
186
|
215
|
200
|
194
|
147
|
14
|
157
|
117
|
197
|
181
|
169
|
121
|
15
|
248
|
204
|
287
|
216
|
216
|
190
|
16
|
251
|
217
|
294
|
209
|
229
|
200
|
17
|
297
|
254
|
251
|
214
|
267
|
206
|
18
|
294
|
272
|
287
|
239
|
286
|
219
|
19
|
187
|
163
|
200
|
187
|
200
|
183
|
20
|
216
|
190
|
197
|
154
|
198
|
180
|
21
|
251
|
212
|
264
|
201
|
216
|
176
|
22
|
278
|
251
|
249
|
211
|
247
|
182
|
23
|
198
|
171
|
200
|
189
|
200
|
154
|
24
|
200
|
187
|
261
|
198
|
247
|
198
|
25
|
267
|
246
|
198
|
163
283
|
283
|
208
|
∑
|
5454
|
4690
|
5587
|
4672
|
5356
|
4443
|
Mean
|
218
|
187
|
214
|
177
|
223
|
186
|
Std.Deviation
|
39.73
|
43.66
|
31.24
|
25.12
|
33.51
|
25
|
Std. Error Mean
|
7.94
|
8.7
|
6.24
|
5.02
|
6.70
|
5
|
Dari tabel perbandingan kadar glukosa
darah responden sebelum dan setelah terapi olahraga: jalan kaki, dapat dilihat
bahwa pada perlakuan I, II dan III menunjukkan bahwa 100% responden mengalami
penurunan kadar glukosa darah setelah terapi olahraga: jalan kaki.
Pada perhitungan t-test dengan menggunakan spss 12.0 for
windows didapatkan :
Perlakuan I
ttest = 2.588 > t tabel 2.021 dari
hasil tersebut H1 diterima, yang artinya ada pengaruh terapi olah raga : jalan
kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetus Milletus type
2.
Perlakuan II
ttest = 4.554
ttabel = 2.021 dari hasil tersebut H1 diterima, yang artinya
ada pengaruh terapi olah raga : jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa
darah pada pasien Diabetus Milletus type 2.
Perlakuan III
ttest = 4.401
> ttabel = 2.201dari hasil tersebut H1 diterima, yang
artinya ada pengaruh terapi olah raga : jalan kaki terhadap perubahan kadar
glukosa darah pada pasien Diabetus Milletus type 2.
Hasil di atas menunjukkan bahwa pada
setiap perlakuan nilai ttest selalu lebih besar dari ttabel sehingga H1 diterima, yang artinya ada pengaruh terapi olah raga :
jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetus Mellitus
type 2.
- Pembahasan
1. Kadar glukosa darah
responden sebelum terapi olahraga: jalan kaki
Sebelum terapi olahraga: jalan kaki,
dapat dilihat bahwa rata-rata kadar glukosa darah responden pada perlakuan I
yaitu: 218mg/dL, perlakuan II yaitu: 214mg/dL dan perlakuan III yaitu:
223mg/dL.
Menurut Rumoharbo (1999) Diabetes Mellitus
tipe 2 timbul sebagai kelainan heterogen yang mencakup baik faktor genetik
maupun lingkungan yang ditandai kenaikan kadar glukosa darah. Faktor-faktor yang mempertinggi resiko Diabetes Mellitus
adalah: jenis kelamin, kelainan genetik, usia, stres, pola makan yang salah dan
lain-lain seperti: kortikosteroid yang tinggi, obat-obatan serta racun.
Diabetes Mellitus tipe 2 lebih sering terjadi
pada orang yang mengalami obesitas akibat gaya hidupnya. Pemeriksaan penyaring perlu
dilakukan pada kelompok yang beresiko tinggi, antara lain: dewasa usia 45 tahun
atau lebih dengan obesitas atau dengan riwayat orang tua menderita
diabetes.
Penatalaksanaan diabetes tergantung
pada ketepatan interaksi dari tiga faktor: aktivitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin. Penyuluhan
kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu pasien mengatasi
kondisi kronis. Intervensi yang direncanakan bersifat individual didasarkan
pada: usia, gaya
hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan dan kemampuan
secara mandiri untuk melakukan keterampilan yang dibutuhkan oleh rencana
penatalaksanaan. Penyatuan aspek psikososial ke dalam rencana keseluruhan
adalah vital.
Jika dilihat dari distribusi kadar
glukosa darah yang tinggi (>200mg/dL) sebelum dilakukan terapi olahraga:
jalan kaki menunjukkan bahwa responden belum menjalankan penatalaksanaan
diabetes dengan baik. Selain itu juga dipengaruhi peran petugas kesehatan dalam
pemberian penyuluhan awal dan berkelanjutan tentang aktifitas fisik, diet, obat
dan kontrol ke sarana kesehatan yang kurang maksimal serta kurangnya peran
aktif keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita diabetes.
2. Kadar glukosa darah responden setelah terapi olahraga: jalan kaki
Setelah dilakukan terapi olahraga :
jalan kaki selama 3x dalam seminggu, rata-rata kadar glukosa darah responden
pada perlakuan I yaitu: 187 mg/dL, perlakuan II: 177 mg/dL dan perlakuan III
yaitu: 186 mg/dL.
Menurut Asdie A.H (1997) yaitu pada
otot-otot yang aktif bergerak tidak diperlukan insulin untuk memasukan glukosa
kedalam sel karena pada otot yang aktif sensitifitas reseptor insulin menjadi
meningkat sehingga ambilan glukosa meningkat 7 – 20 kali lipat. mekanisme reglukosasi
ambilan glukosa oleh otot pada waktu aktif bergerak disebabkan oleh :
1)
Insulin memacu pelepasan muscle
activating factor (MAF) pada otot
yang sedang bergerak, sehingga
menyebabkan ambilan glukosa oleh otot tersebut menjadi bertambah dan ambilan
glukosa oleh otot yang tidak berkontraksipun ikut meningkat. Saat ini MAF diduga bradikinin.
2) Adanya aksi
lokal hormon pada anggota badan yang sedang bergerak yang disebut non supresible insulin like activity (NSILA) yang terdapat pada aliran limfe dan tidak dalam darah
anggota badan tersebut.
3) Adanya
peningkatan penyediaan glukosa dan insulin, karena adanya peningkatan aliran
darah kedaerah otot yang aktif bergerak.
4) Adanya hipoksia
lokal yang merupakan stimulus kuat untuk
pengambilan glukosa.
5) Adanya interaksi
proses metabolik, dimana bila glikogenolisis meningkat maka pembakaran glukosa menurun,
karena glukosa 6 fosfat menghambat enzim hexokinase, disamping peningkatan oksidasi asam lemak bebas.
Dari distribusi kadar glukosa darah
setelah dilakuakan terapi olahraga: jalan kaki menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami penuruan kadar glukosa darah(200mg/dL), hal ini berarti
terapi olahraga: jalan kaki dapat dijadikan sebagai salah satu olahraga
alternatif yang dapat diberikan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dalam
pengaturan glukosa darah, karena pada saat melaksanakan olahraga kebutuhan
glukosa meningkat dibanding saat beristirahat. Kondisi ini mengakibatkan
penurunan kadar glukosa dalam darah. Selain glukosa, lemak juga berperan
sebagai sumber energi saat berolahraga, karena pada saat glikogenolisis
meningkat maka pembakaran glukosa menurun dan sebaliknya terjadi peningkatan
oksidasi asam lemak bebas. Hal ini mengakibatkan penurunan kadar lemak dalam
darah.
Manfaat lain yang bisa diperoleh dari
olahrga: jalan kaki diantaranya: untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Apabila olaraga: jalan kaki dilaksanakan secara berkelompok dapat memberi rasa
senang pada anggota, juga dapat memotivasi untuk terus melakukan olahraga
secara kontinyu dan teratur.
- Analisa Pengaruh Olahraga: Jalan Kaki Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan perbandingan kadar
Glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi, 100% responden mengalami
penurunan kadar glukosa darah setelah dilakukan terapi olahraga: jalan kaki.
Hasil ini juga dikuatkan dari analisa statistik dengan
menggunakan uji t-test :
Perlakuan I : ttest = 2,588 > ttabel
2,021
Perlakuan II : ttest = 4,554 > ttabel
2,021
Perlakuan III : ttest = 4,401 > ttabel
2,021
yang artinya ada pengaruh terapi
olahraga: jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2.
Menurut Asdie A.H (1997) yaitu pada
otot- otot yang aktif bergerak tidak diperlukan insulin untuk memasukan glukosa
kedalam sel karena pada otot yang aktif sensitifitas reseptor insulin menjadi
meningkat sehingga ambilan glukosa meningkat 7 – 20 kali lipat. Arisman (2011)
Hal ini berarti ada kesesuaian antara teori dengan penurunan kadar glukosa
darah setelah dilakukan terapi olahraga: jalan kaki.
Menurut Arisman (2011) penderita
diabetes belum diperkenankan menyalurkan hobi berolahraga saat kadar glukosa
darah puasa sebesar > 250 mg/dL( glukosa darah sewaktu > 300 mg/dl ) atau
kadar glukosa darah puasa atau sewaktu sebesar < 100 mg/dL, atau terperiksa
mengandung benda keton. Olahraga yang dilakukan saat kadar glukosa darah masih
tinggi akan berimbas pada peningkatan sekresi kadar glukagon, hormon
pertumbuhan dan ketekolamin : semuanya ini akan memicu glukoneogenesis hati.
Glukosa kemudian terlepas lebih banyak, mengakibatkan lonjakan glukosa darah.
Itulah sebabnya mengapa penderita diabetes
baru boleh berolahraga setelah kadar glukosa darahnya optimal. Jadi olahraga
yang dipaksakan pada pasien diabetes dengan
glukosa darahnya tidak terkendali (kadar glukosa darah minimum 300-400
mg/dl) bahkan akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, asam lemak
bebas dan benda keton: semua ini tentu saja akan memperburuk gangguan metabolik
yang telah ada.
Pengendalian yang sangat ketat tidak perlu
diterapkan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak menerima suplai
insulin. Pemantauan kadar glukosa darah sebelum dan setelah olahraga semata-mata
untuk mengetahui pengaruh olahraga terhadap kadar glukosa darah, disamping
untuk antisipasi hipoglisemia yang tentu saja memerlukan suplemasi karbohidrat.
Ana Fitria (2009) menyatakan pada
saat berolahraga, permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot
yang berkontraksi, sehingga resistensi insulin berkurang atau dengan kata lain
sensitivitas insulin meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan insulin
berkurang. Respon ini bukan merupakan efek yang menetap dan berlangsung lama
tetapi hanya terjadi setiap kali berolahraga.
Bagi penderita diabetes, olahraga
bersifat individual dan dipengaruhi kondisi penderita. Sebelum berolahraga,
penderita diabetes disarankan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan (medis)
dan faal (kebugaran) pada dokter untuk mengetahui tingkat kebugaran dan kondisi
metaboliknya. Dalam berolahraga diperlukan keteraturan untuk mencapai efek
pengaturan kadar glukosa yang optimal. Oleh karena itu, sebaiknya olahraga
dilakukan 3 kali dalam seminggu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1)
Rata-rata kadar glukosa darah
responden sebelum perlakuan I yaitu: 218mg/dL, perlakuan II yaitu: 214mg/dL dan
perlakuan III yaitu: 223mg/dL.
2)
Setelah dilakukan terapi olahraga:
jalan kaki, rata-rata kadar glukosa darah responden pada perlakuan I yaitu: 187
mg/dL, perlakuan II: 177 mg/dL dan perlakuan III yaitu: 186 mg/dL.
3)
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji
t-test menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi olahraga: jalan kaki terhadap
perubahan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Saran
1)
Bagi pasien, terapi olahraga:
jalan kaki dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pada penatalaksanaan
Diabetus Milletus karena selain mudah dilaksanakan, murah juga dapat
dilaksanakan secara individu maupun kelompok.
2)
Pihak Puskesmas Sukomulyo dapat
menjadikan terapi olahraga : jalan kaki sebagai sarana komunikasi antara
petugas dengan diabetisi maupun antar sesama diabetisi.
3)
Peran Perawat diperlukan dalam
sosialisasi olahraga: jalan kaki mengingat tidak semua diabetisi diperbolehkan
berolahraga karena diabetisi dengan kadar glukosa tak terkendali (>300
mg/dl) akan memperburuk kondisi metabolismenya.
4)
Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai terapi olahraga : jalan kaki tanpa penggunaan obat hipoglikemi oral,
alternatif maupun diit makan.
KEPUSTAKAAN
Arisman, 2011. Obesitas, Diabetes Mellitus dan
Dislipidemia : Konsep, Teori dan Penanganan Aplikatif. Jakarta : EGC.
Asdie, 1997. Latihan Jasmani Sebagai Terapi Pada
Diabetes Mellitus. Jakarta.
Alimul H, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan
dan Teknis Analisa Data. Jakarta
: Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth
J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta
: EGC.
Fitria, Ana. 2009. Diabetes Tips Pencegahan Preventif
dan Penanganan, Yogyakarta : Venus.
H. Alimul Azis, 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik
Penulisan Ilmiah. Jakarta
: Salemba Medika.
Hairy, Jusnul. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : P2LPTK.
Kusnanik, dkk. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Olahraga. Surabaya : UNESA,
University Press.
Lanywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit
kencing Manis. Yogyakarta : Kansius.
Mubin, Halim. 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit
Dalam, Diagnosis dan Terapi. Jakarta
: EGC.
Murray, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta
: EGC.
Mansjor, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika
Aesculapius FKUI.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Nursalam dan Pariani S. 2001. Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta
: CV Sagung Seto.
Robbins, 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma, 1999. Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta
: ECG.
Setiadi. 2007. Komsep & Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikl Bedah. Jakarta
: EGC.
Sudoyo. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid 3. Jakarta : EGC.
Soeprapto, dkk. 2000. Metode Penelitian dan Penulisan
Skripsi. Surabaya
.
Sulis. Blogspot.com/2011/05/Konsep Dasar Dalam Berak.
Html .
Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda
Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta
: Gramedia
Win de Jong,
dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta
: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar