HUBUNGAN BEBAN
KERJA PERAWAT DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN MENURUT PERSEPSI PASIEN DAN
DOKTER
Retno Twisti Andayani*, M. Anshori *, Lilik Wijayati ***
*
Staf pengajar PSIK UNIGRES
***
Mahasiswa Program B5 PSIK
UNIGRES
ABSTRACT
Decrease of service quality not caused only by
employees quality, but also by the high of work load, so the nurse physic and
mental will be decrease.
This research
using by Cross Sectional Design approach,
including 16 sampel by purposive sampling technique. Data collected using observation. Data processed and analized
using by SPSS 12 Version for Windows with Mann Whitney Test.
Result of research indicate there is a correlation
between nurse work load and quality service according to the patient and
doctor. Base on Spearman rank
correlation was got the value of p = 0,001 (patient) and p = 0,003
(doctor) and value of r = 0,741 (patient) and r = 0,689 (doctor) so its means
that H1 received.
To the quality service and customer satisfaction need the clearly
regulation about the nurse need and composition, so not caused the high work
load.
Key Words : Nurse Work Load, Nurse Quality Service
PENDAHULUAN
Saat ini
tuntutan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan terus meningkat
baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan (PPNI,
1999). Untuk itu tidak ada pilihan lain bagi perusahaan yang
ingin bertahan dalam persaingan global selain harus bisa meningkatkan produk
berkualitas yang bisa diterima pasien/konsumen (Purnama, 2006). Adanya beban
kerja yang berlebihan akan menimbulkan stress kerja sehingga akan menurunkan
kinerja perawat (Abraham, 1999). Keluhan
pasien merupakan indikator terhadap adanya masalah pada kualitas tenaga
perawat. Menurunnya kualitas pelayanan bukan hanya karena faktor mutu tenaga,
tetapi dapat juga karena tingginya beban kerja berakibat perawat menjadi letih
secara fisik dan mental (Ilyas, 2004). Sampai saat ini masih muncul
keluhan dari sebagian besar pasien dan
dokter tentang mutu pelayanan perawat. Keluhan yang muncul dari sebagian
besar pasien yang dirawat di rawat inap
Grha Husada antara lain tentang kurang optimalnya pelayanan personal hygiene
pasien, kurangnya pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan dan pelayanan ,
ketrampilan, ketelatenan tindakan dan respon perawat terhadap keluhan pasien
juga masih kurang. Berdasarkan hasil survey dari komite mutu Rawat Inap Grha
Husada bulan Januari, menyangkut perawat
tidak menyeka pasien sebesar 5,6%, perawat kurang terampil dan telaten sebesar
4,6%, perawat kurang memperhatikan keluhan pasien 2%, respon time
terhadap pemanggilan lebih dari 5 menit sebesar 2,5% dan perawat tidak
memberi informasi sebesar 5,4%.
Sedangkan keluhan dari sepuluh dokter spesialis yang diwawancarai
peneliti mengenai mutu pelayanan keperawatan yaitu empat dokter mengatakan
ketrampilan perawat perlu ditingkatkan, tiga dokter mengatakan komunikasi
perawat perlu ditingkatkan dan tiga
dokter mengatakan jumlah perawat masih perlu ditingkatkan. Namun sampai saat ini hubungan beban
kerja terhadap mutu pelayanan
keperawatan dilihat dari persepsi pasien dan dokter di rawat inap Ghra
Husada masih belum dijelaskan.
Di Instalasi Rawat Inap Grha Husada
Rumah Sakit Petrokimia Gresik terdapat 3 ruang perawatan dengan jumlah tempat
tidur 57 dan jumlah perawat sebanyak 24 orang. BOR rata-rata tahun 2010 untuk
rawat inap Ghra Husada adalah 54,2 %. Dari tiga ruang perawatan yang ada di
Rawat Inap Ghra Husada memiliki tingkat hunian pasien (BOR) yang berbeda.
Jumlah hunian pasien di rawat inap Grha Husada lantai 3 adalah 25
pasien, lantai 2 adalah 20 pasien dan lantai 1 adalah 12 pasien. Jumlah perawat
tiap shif adalah 2 orang. Berdasarkan hasil survey pendahuluan tentang beban
kerja perawat yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Desember 2010 terhadap 24
orang perawat di Rawat Inap Grha Husada Lantai
1, 2 dan 3, didapatkan hasil sebanyak 90 % perawat menyatakan bahwa
beban kerjanya berat, 10 % perawat menyatakan beban kerjanya sedang. Adanya
keluhan dari pasien dan dokter tentang mutu pelayanan keperawatan ini akan
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup rumah sakit sebagai penjual
layanan jasa.
Rumah Sakit Petrokimia Gresik
sebagai rumah sakit swasta yang merupakan anak perusahaan dari PT Petrokimia
Gresik, yang sebelumnya adalah klinik pabrik. Pada tahun 1980 berubah menjadi
balai kesehatan dan dalam rangka peningkatan pelayanan, berubah menjadi RSPG
pada tahun 1992, terakreditasi penuh lima layanan pada tahun 2000 dan mulai
mandiri berstatus PT. Petro Graha Medika pada tahun 2004. Seiring dengan
perkembangan perusahaan maka RS Petrokimia Gresik membuka cabang di beberapa tempat, salah
satunya adalah rawat inap Ghra Husada yang terletak di Jl. Padi no 3 perumahan
Dinas Karyawan PT. Petrokimia Gresik. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan
layanan dan menambah jumlah hunian pasien yang berobat ke RSPG. Rawat inap Ghra
Husada efektif beroperasi pada bulan oktober 2008, awalnya dibuka dengan dua
lantai saja, namun sejak pertengahan mei 2010 dituntut oleh permintaan konsumen
yang terus meningkat maka rawat inap Grha Husada menambah hunian pasien sebanyak 25 tempat
tidur di lantai 3. Dengan meningkatnya jumlah hunian pasien tidak
diimbangi dengan kelengkapan fasilitas, pemetaan pasien dan jumlah tenaga.
Semua pemeriksaan penunjang dan operasi masih dilakukan di rumah sakit yang
lama. Untuk pengambilan darah dan pengantar tindakan ke RS yang lamapun masih
dilakukan sendiri oleh perawat Grha Husada, belum lagi tugas mendampingi visite beberapa dokter karena
masih belum adanya pemetaan pasien menurut kasusnya. Padahal perawat
jaga setiap shift hanya 2 orang per lantai namun kita dituntut untuk
meningkatkan mutu pelayanan agar bisa bersaing dengan rumah sakit yang lain,
terlebih lagi dengan semakin banyaknya jumlah rekanan, secara langsung akan
mempengaruhi tuntutan mutu pelayanan. Selain itu kualitas atau mutu layanan
harus menjadi prioritas utama dalam manajemen rumah sakit. Mutu harus dimulai
dari konsumen dan berakhir pada konsumen. Artinya spesifikasi kualitas layanan
harus diawali dengan identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen (patient oriented) yang dituangkan ke
dalam harapan konsumen dan penilaian akhir diberikan oleh konsumen melalui
informasi umpan balik yang diterima perusahaan. Karena itu upaya peningkatan kualitas
pelayanan harus dilakukan dengan komunikasi yang efektif dengan konsumen
(Purnama, 2006). Dan di imbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
menunjang kelangsungan proses pelayanan terhadap pasien. Sebagai institusi
pemberi pelayanan jasa adanya keluhan dari pasien dan dokter akibat
keterbatasan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan,
sehingga bila ada keluhan terhadap pelayanan tetap menjadi permasalahan yang
harus segera diselesaikan walaupun angka keluahannya kecil. Untuk itu di RS
Petrokimia Gresik tidak ada batas toleransi untuk keluhan pasien.
Berdasarkan keadaan di atas maka dibutuhkan suatu penelitian untuk
menganalisis hubungan beban kerja
perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan menurut persepsi pasien dan dokter di Rawat inap Grha
Husada RS Petrokimia Gresik. Dari
analisis ini diharapkan dapat menggambarkan beban kerja perawat dan mutu
pelayanan keperawatan, sehingga dapat diambil langkah strategis untuk mengatur
kembali komposisi perawat secara rasional dan upaya untuk meningkatkan motivasi
kerja perawat agar tercapai suatu pelayanan keperawatan yang bermutu untuk
mendukung pencapaian visi dan misi rumah sakit.
METODE PENELITIAN
Desain
penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data
agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian. Yang termasuk
rancangan penelitian adalah : jenis penelitian, populasi, sampel, sampling,
instrumen penelitian, cara pengumpulan data, cara pengolahan data, perlu tidak
mengunakan statistik, serta cara mengambil kesimpulan. Dalam penelitian
observasional ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan Cross
Sectional. Penelitian Cross Sectional adalah jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali, pada satu saat. Pada jenis ini variabel independen
dan dependen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada follow
up (Nursalam, 2003).
Pengukuran :
Variabel
Independen : Diskripsi V1 Uji korelasi :
interprestasi
Variabel
dependen : Diskripsi V D makna/arti
Keterangan:
Variabel
Independen = beban kerja meliputi kegiatan langsung, kegiatan tak langsung,
kegiatan administrasi, kegiatan pribadi, sela waktu
Variabel
Independen = mutu pelayanan keperawatan
menurut persepsi pasien dan dokter.
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi yang diambil dalam penelitian
ini adalah semua perawat di rawat inap Grha Husada sebanyak 24 orang, dokter
yang merawat pasien di rawat inap Grha Husada sebanyak 20 orang, dan pasien
yang dirawat di rawat inap Grha Husada rata-rata tiga bulan terakhir sebanyak
35 orang.
Sampel adalah
bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Arikunto,
1998). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perawat, dokter
spesialis, dan pasien di rawat inap Grha Husada pada bulan Maret 2011.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tempat pengambilan data untuk penelitian ini adalah Instalasi Rawat Inap
Grha Husada Rumah Sakit Petrokimia Gresik. Rawat inap Grha Husada merupakan
cabang dari Rumah Sakit Petrokimia Gresik yang terletak di Jln. Padi No. 3
Perumahan Dinas Karyawan PT. Petrokimia Gresik. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan dan menambah hunian pasien yang berobat ke RSPG. Rawat
inap Grha Husada efektif beroperasi pada tanggal 18 Oktober 2008 dengan 32
tempat tidur yang terletak di Lantai 1 dan lantai 2, namun sejak pertengahan
Mei 2010, di tuntut permintaan konsumen yang terus meningkat maka rawat inap
Grha Husada menambah hunian pasien sebanyak 25 tempat tidur di lantai 3. Jadi
saat ini jumlah tempat tidur di rawat
inap Grha Husada sebanyak 57 TT yang terdiri dari 12 TT di lantai 1, 20 TT di
lantai 2 dan 25 lantai di lantai 3. Adapun
BOR pada tahun 2010 sebesar 54% (Data Rekam Medis Rumah Sakit Petrokimia
Gresik). Sedangkan ketenagaan terdiri dari
24 perawat dan 4 dokter jaga.
1.
Perawat
A. Distribusi
responden berdasarkan
usia adalah sebagai berikut :
Gambar 5.1 Distribusi Responden Perawat Berdasarkan Usia Pada Perawat di
Rawat Inap Grha Husada Bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia
25 – 40 tahun, yaitu sebanyak 11 responden (69%) dan hampir setengahnya berusia
18 – 25 tahun (31%).
B.
Distribusi responden berdasarkan
pendidikan
Gambar 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Perawat di Rawat
inap Grha Husada Bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan hampir seluruhnya
berpendidikan D III yaitu sebanyak 15 responden (94%) sebagian kecil
berpendidikan S – 1 yaitu sebanyak 1 responden (6%)
C.
Distribusi responden berdasarkan status
pernikahan
Gambar 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Pada Perawat
di rawat inap Grha Husada bulan Juni
Dari diagram pie di atas didapatkan bahwa status responden yang sudah
menikah dan yang belum menikah sama banyak yaitu 50%.
D.
Distribusi responden berdasarkan lama
bekerja
Gambar 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Perawat di Rawat
Inap Grha Husada pada Bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan bahwa hampir
setengahnya responden telah bekerja selama 2 - 3 tahun yaitu 7 responden (41%)
dan sebagian kecil telah bekerja selama >3 tahun, yaitu sebanyak 3 responden
(19%).
E.
Distribusi responden berdasarkan beban
kerja pada setiap shift
a.
Shif
Pagi
Gambar 5.5 Distribusi Rerata Beban
Kerja Untuk Shift Pagi Perawat di
Rawat Inap Grha Husada pada Bulan Juni 2011
Dari diagram pie tersebut diketahui sebagian besar responden pada shift
pagi sebagian besar mempunyai beban kerja yang tinggi, yaitu 12 responden
(75%), dan sebagian kecil responden mempunyai beban kerja sedang sebanyak 4
responden (25%)
b.
Shif
Sore
Gambar 5.6 Distribusi Rerata Beban
Kerja Untuk Shift Sore Perawat di Rawat Inap Grha Husada pada bulan Jani
2011
Dari diagram pie tersebut diketahui bahwa pada shift sore
sebagian besar mempunyai beban kerja yang tinggi 10 responden mempunyai beban kerja yang tinggi dan 6 responden yang mempunyai beban kerja
sedang yaitu 38%.
c.
Shif
Malam
Gambar 5.7 Distribusi Beban Kerja
Perawat Untuk Shift malam di Rawat Inap Grha Husada pada Bulan Juni 2011
Dari diagram pie tersebut diketahui pada shif malam bahwa
setengahnya mempunyai beban kerja tinggi sebanyak 8 responden (50%) dan
setengahnya lainnya mempunyai beban kerja sedang sebanyak 8 responden (50%).
d.
Proporsi
waktu kerja
Gambar 5.8 Rerata Proporsi Waktu Kerja Perawat di
Rawat Inap Grha Husada pada bulan
Juni 2011
Dari diagram pie tersebut diketahui rerata
proporsi waktu kerja dalam satu shift yang digunakan untuk kegiatan langsung
adalah 61%, untuk kegiatan administrasi 9%, untuk kegiatan tak langsung 14%,
untuk kegiatan pribadi 9%, dan untuk
sela waktu 7%. Artinya sebagian besar
waktu yang digunakan perawat untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan
pelayanan dan keselamatan pasien dan
hanya ada waktu sekitar 7% dari total waktu kerja dalam satu shift yang
digunakan perawat untuk kegiatan diluar kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaan.
2.
Pasien
A.
Distribusi responden berdasarkan usia
Gambar 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada Pasien di rawat inap Grha Husada pada bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan bahwa hampir setengahnya pasien berusia
>40 tahun sebanyak 7 responden (44%),
dan sebagian kecil berusia 18-24 tahun sebanyak 3 pasien (19%).
B.
Distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin
Gambar 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien Rawat
Inap Grha Husada bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan sebagian besar yaitu
12 pasien adalah laki-laki (75%) dan sebagian kecil adalah perempuan sebanyak 4
pasien (25%).
C.
Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Gambar 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Pasien di Rawat Inap Grha Husada pada bulan Juni
2011
Dari diagram pie di atas didapatkan sebagian besar
berpendidikan SLTA sebanyak 8 responden (50%), dan sebagian kecil berpendidikan
SLTP dan SD, sebanyak 1 responden (6%).
D.
Distribusi responden berdasarkan lama
dirawat
Gambar 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Lama dirawat pada Pasien Rawat
Inap Grha Husada pada bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan sebagian besar
dirawat 3-5 hari sebanyak 10 pasien (62%) dan sebagian kecil dirawat selama 6-8
hari sebanyak 3 pasien (19%).
3. Dokter.
A.
Distribusi responden usia dokter
Gambar 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan usia dokter di Rawat Inap Grha
Husada pada bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan sebagian besar usia
dokter adalah 40-50 tahun sebanyak 10 dokter (62%) dan sebagian kecil berusia
>50 tahun sebanyak 2 dokter (13%).
B.
Distribusi responden jenis kelamin
dokter
Gambar 5.14 Distribusi
Responden Berdasarkan jenis kelamin dokter di Rawat Inap Grha Husada pada bulan
Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan sebagian besar jenis
kelamin dokter adalah Laki – laki sebanyak 11 dokter (69%) dan sebagian kecil
berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 dokter (31%).
C.
Distribusi responden berdasarkan status
pernikahan dokter
Gambar 5.15 Distribusi
Responden Berdasarkan status pernikahan dokter di Rawat Inap Grha Husada pada
bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas didapatkan seluruhnya status
pernikahan dokter adalah menikah sebanyak 16 dokter (100%) dan tak satupun
dokter yang belum menikah atau Janda/Duda.
D.
Distribusi responden berdasarkan lama
bekerja
Gambar 5.16 Distribusi
Responden Berdasarkan lama bekerja di Rawat Inap Grha Husada pada bulan Juni
2011
Dari diagram pie di atas didapatkan lama bekerja hampir
setengahnya adalah 5-10 tahun sebanyak 7 dokter (44%) dan sebagian kecil lama
bekerja 1-5 tahun sebanyak 3 dokter (19%).
5.1.2
Data Khusus
1.
Beban
kerja perawat
Gambar 5.17 Distribusi Rerata Beban
Kerja Perawat di Rawat Inap Grha Husada pada bulan Juni 2011
Dari diagram pie tersebut diketahui
sebagian besar mempunyai beban kerja tinggi yaitu 11 responden (69%) dan hampir
setengahnya mempunyai beban kerja sedang sebanyak 5 responden (31%).
2.
Mutu
Pelayanan keperawatan
A.
Mutu pelayanan keperawatan menurut
persepsi pasien.
Gambar
5.18 Mutu Pelayanan Keperawatan Menurut Persepsi pasien di Rawat Inap Grha Husada pada bulan Juni
2011
Dari diagram pie di atas diketahui bahwa setengahnya
pasien berpendapat bahwa pelayanan kurang sebanyak 8 responden (50%) dan
sebagian kecil yang berpendapat bahwa pelayanan baik sebanyak 2 pasien (13%).
B.
Mutu pelayanan keperawatan menurut
persepsi dokter
Gambar 5.19 Mutu
Pelayanan Keperawatan Menurut Persepsi Dokter di Rawat Inap Grha Husada pada
bulan Juni 2011
Dari diagram pie di atas diketahui bahwa
hampir setengahnya dokter berpendapat bahwa pelayanan perawat cukup dan hampir
setengahnya lagi kurang, yaitu sebanyak 7 responden (44%) dan sebagian kecil
berpendapat baik, sebanyak 2 responden (12%).
3.
Hubungan
Beban Kerja dengan Mutu Pelayanan Menurut Pasien
Crosstabulation
|
Mutu = Persepsi Pasien
|
Total
|
|||
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
|||
Bebankerja
|
Tinggi
|
8
|
3
|
0
|
11
|
Sedang
|
0
|
3
|
2
|
5
|
|
Total
|
8
|
6
|
2
|
16
|
|
Spearman Correlation
|
r : 0,741
|
p = 0,001
|
Tabel 5.1 Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Persepsi pasien di Rawat
Inap Grha Husada pada bulan Juni 2011
Dari
tabel 5.1 menggambarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji
statistik Spearman Rank Correlation didapatkan nilai signifikansi p =
0,001 dimana lebih kecil dari 0,05, yang berarti H1 diterima,
sehingga ada hubungan beban kerja dengan mutu pelayanan menurut pasien di RS Grha Husada Gresik.
Sedangkan r correlation : 0,741 yang berarti tingkat hubungan adalah Kuat.
4.
Hubungan
Beban Kerja dengan Mutu Pelayanan Menurut Dokter
Crosstabulation
|
Mutu = persepsi dokter
|
Total
|
|||
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
|||
Beban kerja
|
Tinggi
|
7
|
4
|
0
|
11
|
Sedang
|
0
|
3
|
2
|
5
|
|
Total
|
7
|
7
|
2
|
16
|
|
Spearman Correlation
|
r : 0,689
|
p = 0,003
|
Tabel 5.2 Mutu
Pelayanan Keperawatan Menurut Persepsi
Dokter di Rawat Inap Grha Husada pada
bulan Juni 2011
Dari
tabel 5.2 menggambarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji
statistik Spearman Rank Correlation didapatkan nilai signifikansi p =
0,003 dimana lebih kecil dari 0,05, yang berarti H1 diterima,
sehingga ada hubungan beban kerja dengan mutu pelayanan menurut dokter di RS Grha Husada Gresik.
Sedangkan r correlation : 0,689 yang berarti tingkat hubungan adalah Kuat.
5.2.1
Hubungan
Beban Kerja dengan Mutu Pelayanan Menurut Persepsi Pasien
Dari tabel 5.1 menggambarkan hasil analisis statistik yang
menggambarkan adanya hubungan beban kerja dengan mutu pelayanan
menurut persepsi pasien di RS Grha Husada Gresik
Menurut Groenewegen dan Hutten, 1991 beban kerja adalah
keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktifitas yang dilakukan. Gillies
menyebutkan ada enam komponen yang mempengaruhi beban kerja perawat, yaitu
jumlah pasien yang masuk ke unit setiap hari, kondisi pasien dalam unit
tersebut, rata-rata pasien yang menginap, tindakan perawatan langsung dan tidak
langsung yang dibutuhkan oleh masing-masing pasien, frekuensi masing-masing
tindakan keperawatan yang harus dilakukan, dan rata-rata waktu yang diperlukan
untuk pelaksanaan tindakan perawatan langsung dan tidak langsung. Menurut
Imbalo (2007) menyatakan bahwa pasien/masyarakat melihat layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang
dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat
waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya
atau meluasnya penyakit. Menurut
Junadi, 1994 dalam Aprilistini, umur berpengaruh dalam menentukan solusi bagi
stressor. Pada usia diatas paruh baya (sekitar umur 44), tanpa memandang jenis
kelamin, status perkawinan atau tingkat ekonomi, mempunyai tingkat depresi. Hal
ini dapat disebabkan karena pada umur 40-lah kinerja otak kita mulai menurun.
Ini berkaitan dengan selubung myelin, salah satu bagian yang penting dalam sel syaraf otak. Diatas 40
tahun, kita mulai kehilangan kemampuan untuk terus menerus memperbaiki selubung
itu, sehingga menyebabkan berbagai gejala kognitif yang berkaitan dengan
penuaan.
Jika dilihat dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak
64,4% perawat mempunyai beban kerja yang
tinggi, yaitu rata-rata waktu yang digunakan untuk kegiatan produktif mencapai
80% atau lebih dari total waktu kerja dalam satu shift. Dari rerata
waktu produktif yang digunakan perawat
selama jam kerja yang digunakan untuk kegiatan langsung 61%, untuk kegiatan
administrasi 9%, dan untuk kegiatan tidak langsung sebesar 14%. Sedangkan
rerata waktu yang digunakan untuk kegiatan non produktif adalah untuk kegiatan
pribadi 9% dan untuk sela waktu 7%. Artinya bahwa banyaknya kegiatan perawat
yang berhubungan dengan pasien, baik langsung maupun tidak langsung, hal ini
menunjukkan beban pekerjaan perawat masih tinggi karena harus melakukan
pekerjaan keperawatan dan mempertahankan keselamatan pasien di sebagian besar
waktu kerjanya dalam satu shift. Hal
ini akan mengakibatkan beban kerja
perawat menjadi tinggi dan juga mutu pelayanan menurut pasien masih dirasakan
kurang. Dari hal itu bisa dilihat bahwa pasien lebih memfokuskan mutu pada
keluaran atau hasil yang dirasakan tanpa melihat proses yang terjadi terhadap
pelayanan yang diberikan. Berdasarkan gambar 5.20 dapat dilihat bahwa hampir
setengahnya pasien berusia >40 tahun. Diatas 40 tahun, kinerja otak mulai menurun yang menyebabkan berbagai
gejala kognitif yang berkaitan dengan penuaan. Pada usia dewasa ini
pasien lebih menuntut pada pelayanan yang terbaik.
5.2.2
Hubungan
Beban Kerja dengan Mutu Pelayanan Menurut Persepsi Dokter
Dari tabel 5.2 menggambarkan hasil analisis statistik yang
menggambarkan adanya hubungan beban kerja dengan mutu pelayanan
menurut Persepsi Dokter di RS Grha Husada Gresik
Mutu adalah keluaran dari kinerja yag dilakukan oleh pegawai, atau mutu
adalah bagian dari produktivitas seorang pegawai. Berkaitan dengan tugas pelayanan
perawatan, Lichtenstein (1984) menjelaskan bahwa yang berhubungan dengan
kepuasan kerja dokter, ada tiga faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi,
yaitu : 1) tenaga perawat yang cakap dan terampil, 2) Perawat harus mampu
meyelesaikan tugas-tugas yang didelegasikan dokter dengan baik, 3) Perawat
harus mampu menyelesaikan tugas rutin klinis seperti mengukur tekanan darah,
mengukur suhu dan lain-lain.
Dari beberapa definisi kualitas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu
atau kualitas pelayanan keperawatan adalah tingkat kemampuan perawat dalam
memberikan layanan keperawatan sesuai dengan filosofi dan standar keperawatan
yang berlaku dan dapat diterima oleh pasien. Kegiatan yang dilakukan perawat
selama jam kerja dibagi menjadi lima kategori, yaitu kegiatan langsung yang
meliputi kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan pasien seperti
melakukan observasi, memberikan obat, memasang infus, dan lain sebagainya. Kegiatan
administrasi yaitu membuat permintaan obat untuk 24 jam, membuat sensus harian dan daftar makan
pasien, melakukan rincian biaya perawatan, dan menyiapkan pasien pulang.
Kegiatan lain-lain, yaitu kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan
pasien tapi menunjang untuk kegiatan perawatan secara umum, seperti melipat
kassa, mencuci alat, merapikan ruangan, dan lain sebagainya. Kegiatan pribadi,
yaitu kegiatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan antara lain sholat,
makan, berobat. Selang waktu yaitu saat perawat tidak melakukan kegiatan apapun, seperti berbincang-bincang
dengan teman, menonton televisi, membaca koran, dan lain-lain. Dari tiga shift
kerja yang ada sebagian besar perawat yaitu 75% mempunyai beban kerja yang tinggi. Hal ini karena pada shift pagi hampir
semua dokter melakukan visite, dan banyak tindakan langsung yang dilakukan
kepada pasien. Sedangkan untuk shift malam, kegiatan administrasi hanya
membutuhkan waktu 9% karena jarang sekali pasien yang pulang, sehingga kegiatan
administrasi yang dilakukan hanya memasukkan data pada rincian manual. Bila
dikaitkan dengan jumlah pasien, dapat dilihat bahwa beban kerja yang tinggi ini
karena rerata BOR pasien saat dilakukan penelitian adalah 68.5%. Sedangkan bila
dilihat dari shift kerja rerata beban kerja yang tinggi terjadi pada shift
pagi, terutama untuk ruangan dengan BOR diatas 65%. Dengan melihat rata-rata yang hanya 54%, tentu beban kerja perawat
akan semakin rendah, namun ini menjadi kelemahan peneliti karena tidak bisa
melakukan pengukuran beban kerja ketika BOR ruang perawatan sesuai dengan
rata-rata, karena keterbatasan waktu penelitian. Harapan dokter sebagai profesi
kesehatan yang juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap peningkatan mutu
pelayanan berdasarkan proses dan out putnya, karena perawat merupakan mitra
kerja bagi dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Hal ini
sesuai dengan jawaban terbuka tentang harapan dokter tentang pelayanan
keparawatan yang berkualitas yang menekankan pada aspek kesesuaian tindakan
dengan protap yang berlaku. Hasil penelitian tentang mutu pelayanan keperawatan
menunjukkan prosentase hasil sedikit berbeda antara persepsi pasien dan persepsi dokter dengan nilai hampir
setengahnya cukup dalam mutu pelayanan. Dari sini dapat dilihat bahwa beban kerja
akan mempengaruhi kondisi kerja yang bisa menimbulkan stress kerja bila
terdapat pula faktor lain yang menimbulkan kondisi kerja yang tidak kondusif
sehingga menimbulkan ketidakpuasan kerja pada pegawai.
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
1. Ada hubungan beban
kerja dengan mutu pelayanan menurut pasien, yang dipengaruhi oleh faktor
kelengkapan sarana kerja, pengalaman kerja dan jumlah tenaga.
2. Ada hubungan beban
kerja dengan mutu pelayanan menurut dokter, yang dipengaruhi oleh jumlah tenaga
perawat, jumlah pasien dan model asuhan keperawatan yang diberikan.
6.2
Saran
1. Dengan semakin
banyaknya rekanan dan saingan dalam bisnis Perumahsakitan, Grha Husada harus
semakin menunjukan keberadaanya dengan melengkapi sarana penunjang dan
kebutuhan pelayanan lainya, termasuk dalah hal kelengkapan sarana dan prasarana penunjang
laboratorium dasar dan radiologi. Hal ini selain menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien akan juga tidak menambah
beban kerja, serta menutupi
kekurangan dari Grha Husada karena letaknya yang kurang strategis yaitu di
dalam perumahan dinas. Untuk itu Grha Husada harus mempunyai differential service yang akan banyak
didambakan oleh pasien.
2. Perlunya pemetaan raungan
yang jelas pada setiap lantai di Grha Husada berdasarkan kasus, misalnya kasus
bedah, anak, dalam, dan kandungan. Selain itu juga perlu pengaturan yang jelas
tentang komposisi dan kebutuhan perawat di setiap lantai rawat inap Grha Husada
sehingga dengan keterbatasan fasilitas yang ada saat ini tidak menyebabkan
tingginya beban kerja perawat, dan tidak menyebabkan stress kerja yang akhirnya
mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien
3. Bagi
pemberi pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di Rawat Inap Grha Husada untuk
terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan, dengan mengintensifkan program in house training perawatan, melakukan
supervisi keperawatan tingkat kepuasan pasien akan meningkat dan terjalin
hubungan kerja yang harmonis antara karyawan dan manajemen dalam pemberian layanan kesehatan kepada
pasien.
4. Perlu
diadakan penelitian yang lebih spesifik tentang berbagai faktor yang
mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Grha Husada, agar
diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
KEPUSTAKAAN
As’ad,
Moch.( 1995). Psikologi Industri. Jakarta: Liberty.
Arikunto,
Suharismi. (1996). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara
Gillies D.A. (1996). Nursing Management: A System Approach. W.B.Saunders Company, Philadelphia.
Gie, The
Liang. (1981). Administrasi Perkantoran
Modern. Yogyakarta:Liberty.
Hafizurrachaman
(2009). Manajemen Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Handoko, Hani.
(1990). Manajemen Sumber Daya manusia.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Handoko, Hani.
(2001). Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan,
Malayu. SP. (1996). Organisasi dan
Motivasi Dasar Peningkatan Produktifitas. Bandung: Bina Aksara.
Hidayat, Aziz
Alimul. (2007). Metode Penelitian
Keperwatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Ilyas,Yaslis. (2002). Kinerja. Teori, Penilaian dan
Penelitian. Jakarta.
Ivancevich,
John M. dkk.. (2005). Perilaku dan Manajemen
Organisasi., alih bahasa Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
Mangkunegara,
A.A.A.P. (2000). Evaluasi Kinerja SDM.
Jakarta: Refika Aditama.
Mathis Robert
L, Jackson John H. (2001). Human Resource
Management (Manajemen SDM ). Jakarta : Salemba Medika.
Muchlas
(1998). Motivasi dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai. Cetakan kedua. Jakarta : Refika Aditama.
Nursalam
(2002). Manajemen Keperawatan, Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi kedua. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam
(2001). Konsep dan Penerapan Metodelogi
Penelitian Ilmu Keperwatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sabarguna, Boy
S. (2009). Kompetensi Manajemen Rumah
Sakit. Jakarta: Sagung Seto.
Sinungan,
Muchdarsyah. (1997). Produktifitas, Apa
dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian,
Sondang P. (1985). Organisasi
Kepemimpinan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
Siagian,
Sondang P. (1996). Teori Motivasi dan
Aplikasi. Cetakan Kedua. Jakarta :Rineka Cipta.
Terry, GR
(1993). Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Liberty.
Umar,
Husein (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta.:Gramedia Pustaka Utama.
Winardi
(2000). Kepemimpinan dalam Manajemen.
Jakarta : Rineka Cipta.
Winardi
(2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam
Manajemen. Jakarta : Rajawali Press.
Wiratmo,
Masykur. (2001). Pengantar Kewiraswastaan
Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis.
Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Wursanto
(1987). Manajemen Kepegawaian.
Yogyakarta: Kanisus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar