Senin, 20 Mei 2013

jurnal fakultas. KIP



MODEL PEMBELAJARAN BERKELOMPOK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR IPA SISWA KELAS VI PETROKIMIA KABUPATEN GRESIK
Drs.Subawadi , M.Pd 1)

Abstrak :
Realita proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik masih saja menjadi obyek. Hasil pengamatan dan pengataman mengajar di SDN Petrokimia Kabupaten Gresik  selama ini, penulis merasakan bahwa kondisi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan di depan benar-benar terjadi sehingga motivasi dan prestasi belajar masih sangat rendah. Upaya yang penulis lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, melalui implementasi Model Pembelajaran Berkelompok. Pembelajaran Berkelompok Berpasangan merupakan model pembelajaran, dimana kelas dikelola menjadi kelompok-kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil siswa diminta berpasangan untuk membahas topik yang diajarkan dengan bantuan LDS (Lembar Diskusi Siswa). Dari angket diperoleh bahwa aktifitas belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (25%) dan ada yang merasa minder (39%) pada siklus pertama dan ditiadakan pada siklus kedua. Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik (83), masih ada 2 (dua) siswa yang belum tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata 150, sedangkan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas sebesar 149. Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik meningkat (85), semua siswa tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata menurun 150 ke 97, sedangkan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas juga menurun 149 ke 89 berarti kesenjangan prestasi siswa kelompok cepat dan kelompok lambat tidak terlalu jauh, sehingga prinsip gotong royong sangat baik dalam mencapai tujuan pembelajran.
Kata Kunci : Pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan , Kualitas Belajar Ilmu Pengetahuan Alam.

PENDAHULUAN
Pembaharuan pola pikir pendidikan diawali dengan renungan akan keberhasilan pendidikan yang telah dilaksanakan. Sepajang kurun waktu 32 tahun lebih tidak kurang dari 5 (lima) kali telah mencoba membuat arah pendidikan Nasional, namun hasilnya masih belum memuaskan, ini disebabkan antara lain pola pikir kita tentang pendidikan masih jauh tertinggal dengan kecepatan perkembangan zaman yang menuntut perubahan peradaban. Perubahan ini mengilhami perkembangan proses pembelajaran yang harus diterapkan dalam setiap jenjang pendidikan.
Selama ini masih banyak yang menganggap bahwa siswa sebagi obyek pendidikan, siswa datang ke sekolah dianggap botol kosong yang harus diisi oleh berbagai pengetahuan, yang kadang kurang memperdulikan kondisi dan kemampuan siswa. Guru menganggap dirinya seorang paling super dan gudang ilmu yang perlu menuangkan ilmunya bergitu saja. Sedangkan siswa juga masih banyak yang mengingingkan disuapi instan oleh sang guru sehingga ia datang ke sekolah kosong dengan apa yang harus ia pelajari, seakan tanpa guru tidak ada pengetahuan yang diperolehnya, karena menganggap guru adalah satu satunya sumber belajar. Kondisi yang demikian ini tidak sesui dengan pola pikir atau paradigma baru tentang pembelajaran.
Belajar dengan mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar telah membawa siswa benar-benar tergantung pada guru. Interaksi pembelajaran terjadi searah, jawaban siswa seragam terbelenggu, merasa takut bila jawaban tidak sama, ide atau gagasan baru tidak berkembang, takut untuk bertanya kawatir pertanyaan tidak mengena, belum lagi siswa merasa sulit untuk menyusun rangkaian kata-kata dalam menjawab dan bertanya dengan kalimat yang bagus, seringkali siswa tidak menghargai pendapat, ide temanya. Sehingga suasana kelas benar-benar tenang tertib, sunyi, pasif, dan inovasi, kreatifitas jadi buntu. Sutikno (2006:51) mengatakan bahwa Realita proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik masih saja menjadi obyek. Mereka diposisikan sebagai orang yang tertindas, orang yang tidak tahu apa-apa, orang yang harus dikasihani, oleh karena itu harus dijejali dan disuapi.
Kondisi seperti apa yang disampaikan oleh Sutikno tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan peserta didik dengan guru terlalu tinggi, kreatifitas siswa rendah, daya nalar dan daya fikirpun juga rendah, sehingga bisa jadi kemampuan kognisi, afeksi dan psikomotori kurang. Ini tidak sejalan dengan proses reformasi dibidang pendidikan kita. Suasana pembelajaran yang lebih menekankan pada kemandirian peserta didik akan dapat mendorong pembelajar termotivasi untuk belajar, dan selalu siap bekerjasama dalam pembelajaran yang dapat menambah kepercayaan diri, kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang semacam ini akan mendorong pembelajar untuk meningkatkan kemapuan dalam mengkontruksi pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas.
Dalam hal ini lebih lanjut Sutikno menyampaikan bahwa: Model pendidikan dan pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah, yang menempatkan guru sebagai figur sentral dalam proses pembelajaran di kelas karena banyak berbicara, sementara siswa hanya duduk manis menjadi pendengar yang pasif dan mencatat apa yang diperintahkan guru harus segera ditinggalkan. Paling tidak dikurangi. Sebaliknya, model pembelajaran yang memberi peluang yang lebih luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam mengkontruksi pengetahuan dan pemahamanya dalam proses "pemanusianya" mutlak ditumbuh kembangkan. (M. Sobry Sutikno, 2005:51).
Hasil pengamatan dan pengalaman mengajar di SDN Petrokimia Kabupaten Gresik selama ini, penulis merasakan bahwa kondisi pembelajaran seperti yang telah diungkapkan di depan benar-benar terjadi sehingga motivasi dan prestasi belajar masih sangat rendah. Untuk itu perlu diupayakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran, dimana siswa diberi kesempatan berinterkasi dengan berbagai sumber belajar dan menempatkan guru sebagai motivator, inovator, planner, fasititator, dan developer. Berdasar latar belakang di atas maka penulis perlu pengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Upaya yang penulis lakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, melalui implentasi Model Pembelajaran Berkelompok Berfikir Berepasangan . Model Pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan merupakan model pembelajaran, dimana kelas dikelola menjadi kelompok-kelopok keciI dan masing-masing kelompok kecil siswa diminta berpasangan untuk membahas topik yang diajarkan dengan bantuan LDS (Lembar Diskusi Siswa).
Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang, masalah dapat penulis rumuskan sebagai berikut: Bagaimana model pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan  dapat meningkatkan aktifitas dan hasil pembelajaran IPA?. Rumusan masalah juga merupakan tujuan dari penelitian ini. Hipotesis penelitian tindakan kelas ini kami rumuskan sebagai berikut: Model pembelajaran Gotong Royong Berfikir Berpasangan (GRB2) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran serta meningkatkan hasiI belajar IPA di SDN Petrokimia Kabupaten Gresik. Adapun manfaat penelitian adalah: Manfaat bagi siswa: a) memberikan sajian pembelajaran yang menarik, b) melatih anak untuk hidup bergotong royong dalam mencapai tujuan, c) melatih anak agar mampu berkomunikasi lesan atau tulisan dan menghargai pendapat orang lain, d) meningkatkan hasil/prestasi belajar. Manfaat bagi guru: a) sebagi alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar, dan b) mengatasi problem pembelajaran yang selama ini dikeluhkan terutama terhadap rendahnya prestasi belajar siswa. Manfaat bagi sekolah: a) memberi masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, b) sebagai wahana untuk menyusun rencana pengembangan sekolah terutama dalam pembaharuan proses pembelajaran. Manfaat bagi pemerhati pendidikan: a) sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan arah kebijakan dalam hal pembaharuan proses pembelajaran, b) sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pemenuhan sarana prasarana pendidikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini dipilih sesuai dengan karakteristik permasalahan serta tujuan penelitian, dimana penulis ingin memperbaiki kualitas pembelajaran dalam hal aktifitas dan hasil belajar siswa SDN Petrokimia Gresik. Alur pelaksanaan kegiatan ini dirancang sebagai berikut: refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan rancangan ulang.
Rancangan Siklus I
a.  Refleksi awal
Pada tahap ini penulis mengidentifikasi permasalahan dan menganalisis masalah pembelajaran IPA yang terjadi di SDN Petrokimia di kelas 6 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
b.  Merumuskan Permasalahan secara Operasional
Pada tahap ini penulis merumuskan permasalahan yang muncuI dalam pembelajaran di kelas terutama yang menyangkut metode pembelajaran yang digunakan di dalam kelas dan reaksi siswa terhadap materi.
c.  Merumuskan Hipotesis Tindakan
Setelah merumuskan permasalahan penulis mencoba merumuskan hepotesis tindakan sebagai berikut model pembelajaran Berkelompok Berfikir Berpasangan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil pembelajaran IPA di SDN Petrokimia Gresik.
d.  Menyusun Rancangan Tindakan
Rancangan tindakan sebagai berikut:
1)     Menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan
2)     Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran
3)     Menyusun LDS (Lembar Diskusi Siswa)
4)     Menyusun pengelolaan kelas
5)     Menyusun alat pengumpul data berupa: lembar pengamatan, b) catatan lapangan tentang petaksanaan proses pembelajaran dan c) instrument penilaian.
6)     Menyusun rencana pengolahan data

e.  Pelaksanaan Tindakan
Sebagai guru IPA penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelakanaan pembelajaran (RPP). Model pembelajaran yang dilaksanakan adalah model pembelajaran Berkelompok  Berfikir Berpasangan, dengan metode ceramah, pemberian tugas diskusi berpasangan, diskusi kelompok dan diskusi kelas (pleno). Adapun proses pembelajaran sebagai berikut:
1)     Pendahuluan
Apersepsi: (a) guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, (b) guru membagi kelompok secara homogen terdiri dari empat atau enam orang, dan setiap kelompok membentuk sub kelompok terdiri dari dua orang atau berpasangan, (c) guru menjelaskan cara kerja kelompok dalam proses pembelajaran, dengan metode ceramah.
2)     Kegiatan lnti
Dalam kegiatan ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
(a)   Guru memastikan bahwa semua siswa telah berkelompok sesuai dengan yang diharapkan, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk membentuk pasangan masing-masing dua orang (sub kelompok) dan memilih ketua kelompok yang bertugas untuk mengkoordinasi kerja kelompok, kemudian guru membagikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) yang berupa kartu butir LDS untuk didiskusikan oleh setiap pasang kelompok (sub kelompok).
(b)   Guru meminta masing-masing pasangan sub kelompok mendiskusikan kartu LDS-nya dengan dibantu literatur (buku yang dimiliki) dan sumber belajar yang lain, guru berkeliling kelompok untuk mengamati proses diskusi dan membimbingnya. Setelah masing-masing sub kelompok mendiskusikan maka diminta kartu LDS ditukar ke sub kelompok lainya untuk didiskusikan.
(c)   Kemudian setelah masing-masing pasangan sub kelompok selesai mengerjakan LDS-nya, guru meminta ketua kelompok memimpin diskusi kelompok untuk menyamakan persepsi yang kemudian digunakan untuk pleno (diskusi kelas), guru memgamati proses diskusi kelompok sambil memberi motivasi dan membimbing agar materi diskusi dapat diselesaikan dengan baik.
(d)   Setelah diskusi kelompok dianggap cukup kemudian guru memimpin diskusi kelas (pleno), masing-msing kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi secara berurutan sedang kelompok yang lain untuk menanggapinya sampai ada kata sepakat. Guru bertindak sebagai moderator, motivator sekaligus sebagai evaluator dan memberi penguat hasil diskusi.
(e)   Setelah diskusi kelas selesai, kemudian guru mengadakan tes formatif untuk mengetahui daya serap belajar siswa baik secara lesan atau tertulis tergantung waktu yang tersedia.
3)     Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir guru menyampaikan kesimpulan/evaluasi hasil diskusi dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
f.   Pengamatan
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati pada proses pembelajaran yang meliputi menyampaikan pertanyaan melalui angket tentang proses pembelajaran sebelum dan setelah tindakan, mengamati aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dokumen hasil belajar melalui tes ulangan formatif/harian. Guru dibantu teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mencatat data-data yang muncul selama proses pembelajaran kemudian mentranskripsikan.
Analisia dokumentsi dilakukan dengan menilai hasil diskusi masing-masing kelompok dan evaluasi (tes) hasil belajar secara individul dan kelompok. Hasil individual dikonfirmasikan dengan hasil kelompok untuk mengetahui berapa besar sumbangan individu terhadap kelompok. Diharapkan siswa yang disumbang oleh kelompok berikutnya dapat memperkeciI sumbanganya bahkan dapat menyumbangnya, sedangkan yang pernah menyumbang dapat meningkatkan hasil sumbangannya sehingga setiap siswa terpacu untuk menyumbangkan hasil belajar (nilai) lebih besar kepada kelompoknya dan hasiI belajar siswa meningkat.
g.  Refleksi
Analisis data dan refleksi dilakukan penulis dengan teman sejawat. Hasil refleksi dicatat dan menghasilkan rekomendasi untuk rancangan tindakan pada siklus kedua sebagai rancangan tindakan lanjutan.

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di semester genap kelas 6 SDN Petrokimia Kabupaten Gresik tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 32 siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengamatan, catatan lapangan, koesoner, dan studi dokumentasi.
a.     Teknik pengamatan dan catatan lapangan digunakan untuk menilai proses pembelajaran.
b.     Teknik koesioner digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.
c.     Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
HasiI dari siklus satu dilakukan refleksi untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan siklus kedua. Siklus kedua pun direfleksi kembali untuk penyempurnaan pelaksanaan siklus ketiga.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara diskriptik kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap efektifitas pembelajaran dan hasil belajar, dengan langkah sebagai berikut:
a.     Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah dikumpulkan.
b.     Melakukan intepretasi, yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
c.     Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pebelajaran ini terjadi peningkatan kualitas belajar atau tidak.
d.     Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.
e.     Pengambilan kesimpulan, berdasarkan analisis hasil-hasiI obsevasi, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan.
Indikator pembelajaran aktif, adalah mudah memahami, termotivasi, aktif melaksanakan, kerjasama, senang, mau berpendapat dan bertanya dengan rentangan: Rendah 0%-40%, Sedang 41%-70%, dan tinggi 71%-100%. Sedangkan rentangan prestasi sebagai berikut dikatakan rendah bila nilai yang dicapai di bawah KKM (65) 0-64, sedang 65-75, tinggi 76-100.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Angket Pasca Siklus 1(satu)
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1
Menurut kamu apakah pembelajaran gotong royong kelompok berpasangan, bersifat menyenangkan?
98%
2%
2
Apakah kamu lebih mudah memahami materi IPA dengan cara belajar seperti ini?
97%
3%
3
Apakah cara belajar seperti ini, merangsang kamu untuk belajar dan belajar (ingin belajar terus)?
100%
0%
4
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, memberi beban berat belaiar kamu?
0%
100%
5
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, perlu diterapkan pada pembelajaran berikutnya?
83%
7%
6
Apakah belajar berkelompok berpasangan seperti ini, kamu ikut bekerja kelompok?
100%
0%
7
Apakah kamu memberi andil pendapat dalam kelompokmu?
99%
1%
8
Apakah kamu pernah memberi bantuan pemahaman kepada anggota kelompokmu?
100%
0%
9
Apakah kamu melakukan kegiatan/mencatat sesuai dengan hasil kelompokmu?
75%
25%
10
Apakah kamu merasa minder/ kurang percaya diri dalam kelompokmu?
39%
61%
11
Apakah kamu pernah memberi komentar/bertanya kepada kelompok lain?
83%
17%
12
Menurut kamu apakah perlu adanya pertukaran kelompok pada pertemuan berikutnya
76%
24%
13
Apakah kamu menulis hasiI diskusi/kesimpulan pada akhir pembelalaran pada bukumu?
89%
11%
14
Dalam pembelajaran seperti ini, apakah kamu lebih aktif dari pada cara pembelajaran sebelumnya?
83%
7%
15
Menurut kamu apakah pembelajaran gotong royong kelompok berpasangan, perlu dikembangkan?
97%
3%

Dari angket diperoleh bahwa aktifitas belajar siswa tinggi, namun masih ada yang tidak mencatat hasil diskusi kelompok (25%) dan ada yang merasa minder (39%)

Hasil Prestasi Belajar IPA Siklus Satu
NO
NAMA SISWA
NILAI
KELOMPOK
SUMBANGAN KE KELOMPOK
RATA-RATA KEL
1
Rianto
68
1
-20
88
2
Syaifullah
96
1
+8

3
Marliana
96
1
+8

4
HidayatuI M
89
1
+1

5
Moh. Evi Priandika
90
1
+2

6
NuruI Hidayah
87
1
-1

7
Felick Hondolo
100
2
+13
87
8
Lia Nurhayati
100
2
+13

9
Retno Adi W.
87
2
0

10
Randi Ratna Sari
92
2
+5

11
Neneng A.
46
2
-41

12
Riska Nikmatul H
94
2
+7

13
Fendi Fudi Hartono
91
3
+18
73
14
Bambang Lutfi
93
3
+20

15
Dini Nurhidayati
40
3
-33

16
MakrifauI Jannah
68
3
-5

17
Farida Utami
80
4
-3
83
18
Faridz Imami
87
4
+4

19
Rudi Setiawan
62
4
-21

20
Hana Dwi Wanda
94
4
+11

21
Lia Riski
89
4
+6

22
Widia Ayu F
88
4
+5

23
Eka Pratama
69
5
-9
78
24
Rizki Yuli Andini
65
5
-13

25
Roni H.
97
5
+19

26
Dian Anastagia
80
5
+2

27
Moh. Tsabit
84
6
-6
90
28
Wahyuni Sara
87
6
-3

29
Tika Wahvu N
89
6
-1

30
Nandang Yorieanta
95
6
+5

31
Dianto Permono
91
6
+1

32
Titik Hidayati
92
6
+2




Hasil Belajar Siklus 1 (Satu)
Siklus
∑ Nilai sumbangan
∑ Nilai disumbang
Rerata prestasi kelas
Siklus 1
150
149
83

Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik (83), masih ada 2 (dua) siswa yang belum tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata 150, sedangakan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas sebesar 149.

Hasil Prestasi Belajar IPA Siklus Dua
NO
NAMA SISWA
NILAI
KELOMPOK
SUMBANGAN KE KELOMPOK
RATA-RATA KEL
1
Rianto
83
1
0
83
2
Syaifullah
97
1
+14

3
Marliana
86
1
+3

4
HidayatuI M
86
1
+3

5
Moh. Evi Priandika
83
1
0

6
NuruI Hidayah
65
1
-18

7
Felick Hondolo
96
2
+6
90
8
Lia Nurhayati
91
2
+1

9
Retno Adi W.
84
2
-6

10
Randi Ratna Sari
95
2
+5

11
Neneng A.
76
2
-4

12
Riska Nikmatul H
96
2
+6

13
Fendi Fudi Hartono
79
3
-2
81
14
Bambang Lutfi
84
3
3

15
Dini Nurhidayati
83
3
+2

16
MakrifauI Jannah
76
3
-5

17
Firida Utami
95
4
+8
83
18
Faridz Imami
81
4
-2

19
Rudi Setiawan
76
4
-7

20
Hana Dwi Wanda
95
4
+12

21
Lia Riski
79
4
+4

22
Widia Ayu F
70
4
-13

23
Eka Pratama
84
5
-1
85
24
Rizki Yuli Andini
82
5
-3

25
Roni H.
87
5
+2

26
Dian Anastagia
86
5
+1

27
Moh. Tsabit
82
6
-7
89
28
Wahyuni Sara
74
6
-15

29
Tika Wahvu N
98
6
+9

30
Nandang Yorieanta
83
6
-6

31
Dianto Permono
99
6
+10

32
Titik Hidayati
97
6
+8


Hasil Belajar Siklus 2
Siklus
∑ Nilai sumbangan
∑ Nilai disumbang
Rerata prestasi
Siklus 2
97
89
85



Prestasi yang dicapai rata-rata kelas baik meningkat (85), semua siswa tuntas dengan KKM 65, jumlah nilai sumbangan anak berprestasi diatas rata-rata menurun 150 ke 97, sedangakan jumlah nilai yang diterima siswa dibawah rata-rata kelas juga menurun 149 ke 89 berarti kesenjangan prestasi siswa kelompok cepat dan kelompok lambat tidak terlalu jauh, sehingga prinsip gotong royong sangat baik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari pada prinsip persaingan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berkelompok dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan mengurangi kesenjangan hasil belajar kelompok siswa yang lambat belajar dengan siswa yang cepat belajar dan tidak memperlambat kecepatan belajar pada siswa kelompok cepat.

Saran
Model PGRB2 dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan kualias pembelajaran baik dari segi keaktifan, sosial, vokasional dan prestasi. Untuk itu disarankan dicobakan pada berbagai pembelajaran dan dikembangkan, namun perlu diperhatikan pengawasan dan pembimbingan agar anak yang lambat belajar tidak minder, yang cepat belajar dengan senang hati membagi pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Sy, B. Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. (ER) . Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1979. Administrasi dan Metodologi Pengajaran (jilid 2). Proyek BPGT. Bandung.
Guto, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
lbrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif . Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.
Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motiavasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajawati Grafido Persada.
Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Tehnik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Jogjakarta: Ar-ruzz
Sutikno, Sobry, M. 2006. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. Mataram: NTP Press
Stameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Wiyono, B.B. 1999. Manajemen Layanan Khusus di Sekolah. Malang: IKIP Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar