Minggu, 19 Mei 2013

JURNAL KESEHATAN



ABSTRACT 
INFLUENCE OF ATHLETIC THERAPY : BY FOOT TO CHANGE OF BLOOD GLUCOSE RATE AT PATIENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2
By
Dian Rahmawati
Diabetes Mellitus Type 2 arising as heterogeneous disparity which include genetic factor and also environment marked with increase of blood glucose rate. This disease a more regular happened at people of obesities effect of wrong life style. One of effort operation of blood glucose rate is athletic therapy by foot. Intention of this research is to explain influence of athletic therapy by foot to change of blood glucose rate at patient of Diabetes Mellitus Type 2.
Research design the used is pre design experimental (test pre group one - post test design). Election of sample use technique of purposive sampling. Total of responder taken as research sample counted 25 people. This research consist of 2 variable : variable dependent : blood glucose rate and variable independent : athletics by foot. At this research responder giving treatment of athletic therapy by foot counted 3 times within a week. Data to be collected than is analyzed by tabulation, then using test of t-test with level of significance at level 0.05.
Result of statistic by using test of t-test indicate that at treatment I ttest = 2.588 > t tables = 2.021, treatment II ttest = 4.554 > ttables = 2.201, and treatment III ttest = 4.401 > t tables = 2.201.
At every treatment show value of t test bigger than ttabel so that can be concluded that there is influence of athletic therapy : by foot to change of blood glucose rate at patient of Diabetes Mellitus type 2.

Keyword : Athletic Therapy: By Foot, Rate Glucose Blood and Diabetes Mellitus
Type 2
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus tipe 2 timbul sebagai kelainan heterogen yang mencakup baik faktor genetik maupun lingkungan yang ditandai kenaikan kadar glukosa darah (Rumoharbo, 1999). Kenaikan kadar glukosa darah akan dikeluarkan melalui air seni dan terjadilah glukosuria. Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit yang bisa disebut “silent killer”. Dimana sering kali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya menderita diabetes. Jika tidak segera ditangani dengan cepat, diabetes akan menimbulkan berbagai komplikasi penyakit yang akan menurunkan produktivitas kerja  bahkan bisa menimbulkan kematian. Angka kejadian diabetes tiap tahun semakin bertambah seiring dengan gaya hidup moderen yang serba instan dan canggih. Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas yang diakibatkan gaya hidupnya. Usaha pengendalian kadar glukosa darah adalah dengan diet dan olahraga (misalnya: berjalan kaki) secara teratur, serta tetap rutin minum obat anti diabetes dan pemantauan kadar glukosa darah. Olahraga bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan dan meningkatkan massa otot. Jenis olahraga yang dianjurkan bagi diabetesi adalah aerobik, yang termasuk olahraga jenis ini adalah jalan kaki (Fitria, 2009). Dari data awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas  Sukomulyo diketahui bahwa 50% dari 36 responden tidak pernah melaksanakan olahraga. Namun sampai saat ini pengaruh terapi olahraga khususnya jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 belum dapat dijelaskan.
Saat ini 230 juta penduduk dunia mengidap diabetes. Angka ini naik 3 % atau bertambah 7 juta jiwa setiap tahunnya. Pada tahun 2025, diperkirakan 350 juta orang akan terkena diabetes. Penyebab kematian terbesar keempat di dunia adalah diabetes. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian  yang disebabkan langsung olehnya. Itu berarti ada 1 orang per 10 detik, atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes (Ana Fitria, 2009).  Menurut National Health Survey pada tahun 2004 di Singapura 8,9 % pria dan    7,6 % wanita terkena diabetes. Di India penyakit ini menduduki rangking teratas  yaitu 15,3 %, Malaysia 11 % dan di Cina 7,1 %. Di Indonesia pada tahun 1995 4,5 juta jiwa pengidap  diabetes dan menempati rangking 7 terbanyak di dunia. Pada tahun 2000 menjadi 8,4 juta penduduk. Pada tahun 2006 diperkirakan meningkat tajam menjadi 14 juta orang. WHO juga memperkirakan di tahun 2030 akan ada sekitar 21,3 juta penduduk Indonesia yang menderita diabetes (Fitria, 2009). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik tahun 2010 menunjukkan jumlah penderita Diabetes di Kabupaten Gresik sebanyak 14.549 orang. Di Puskesmas Sukomulyo dalam kurun waktu 3 tahun terakhir penyakit ini  selalu masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak. Dampak dari kondisi ini berpengaruh pada pengadaan stok hipoglikemik oral  di puskesmas.  Pada bulan Januari sampai dengan Maret jumlah penderita diabetes sebanyak 40 orang.
Hormon insulin  yang diproduksi sel beta pankreas berfungsi menjaga keseimbangan kadar glukosa dalam darah. Dalam keadaan normal setelah makan, kadar glukosa darah meningkat  yang akan diikuti kenaikan insulin secara cepat dan menurun setelah nutrien yang masuk disimpan. Pada diabetes tipe 2 terjadi keterbatasan respon sel beta terhadap kenaikan kadar glukosa darah  (Robbins, 2007). Kadar glukosa darah yang tinggi dan terus menerus dapat berakibat rusaknya pembuluh darah. Zat komplek yang terdiri dari glukosa  di dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Sirkulasi darah yang buruk dapat mengakibatkan komplikasi pada mata, jantung, ginjal, saraf dan kulit (Fitria, 2009).
Olahraga bisa  dimulai dari yang jenisnya ringan misalnya berjalan kaki di pagi hari, karena selain mudah dikerjakan, murah, juga membantu tubuh mencukupi kebutuhan vitamin D yang ada pada sinar matahari. American Journal of Epidemiologi, menyebutkan bahwa vitamin D membantu keteraturan  metabolisme tubuh, termasuk glukosa darah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh terapi olahraga jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

METODE DAN ANALISA 
Penelitian ini menggunakan desain Pre Experimental Design (one group pre test-post test design) yaitu penelitan eksperimen dengan cara dilakukan pre test dahulu sebelum dilakukan intervensi dan setelah diberi intervensi lalu dilakukan post test. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas sukomulyo Gresik sedangkan waktu penelitian tanggal 1 juli 2011 sampai November 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah Penderita DM Type 2 diwilayah kerja puskesmas sukomulyo sebanyak 40 orang. Dengan teknik sampling purposive sampling, besar sampel dalam penelitian ini sesuai dengan criteria inklusi yang telah di tetapkan sebesar 36 responden.dalam penelitian ini variable bebasnya adalah Terapi olaraga jalan kaki, sedangkan variable terikatnya adalah kadar glukosa darah. Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner data demografi dan SOP lembar observasi.
Data yang disajikan dalam bentuk diagram dan tabel kemudian dikumpulkan dalam bentuk frekuensi dan prosentase. Data dikumpulkan dengan cara deskriptif sdan table frekuensi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi. Data yang sudah berbentuk tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Analisis t-test yaitu penelitian eksperimen dengan cara dilakukan pre test dahulu sebelum dilakukan intervensi dan setelah diberi intervensi lalu dilakukan post test. Dengan menghubungkan sampel yang sama dengan signifikan p ≤ 0,05 artinya jika hasil uji statistic menun jukkan p ≤ 0,05 maka Ha diterima yaitu ada pengaruh terapi olaraga jalan kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus type 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.  Kadar glukosa darah responden sebelum terapi olahraga jalan kaki
         No
Kadar Glukosa Darah Sebelum Intervensi

I
II
 III
1
190
209
190
2
201
211
207
3
187
197
199
4
186
189
186
5
214
201
207
6
212
224
214
7
257
248
245
8
234
214
204
9
194
197
189
10
187
211
200
11
160
189
174
12
179
197
189
13
209
215
194
14
157
197
169
15
248
287
216
16
251
294
229
17
297
251
267
18
294
287
286
19
187
200
200
20
216
197
198
21
251
264
216
22
278
249
247
23
198
200
200
24
200
261
247
25
267
198
283
5454
5587
5356
Mean
218
214
223
Std.Deviation
39.73
31.24
33.51
Std. Error Mean
7.94
6.24
6.70





             Dari tabel kadar glukosa darah responden sebelum terapi olahraga: jalan kaki, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar glukosa darah pada perlakuan I yaitu: 218mg/dL, perlakuan II yaitu: 214mg/dL dan perlakuan III yaitu: 223mg/dL

2.  Kadar glukosa darah responden sesudah terapi olahraga jalan kaki
No
Kadar Glukosa Darah Setelah Intervensi

I
II
 III
1
156
147
187
2
178
189
184
3
164
171
165
4
115
148
151
5
198
190
196
6
200
200
200
7
216
216
201
8
218
198
167
9
159
167
141
10
167
178
187
11
105
141
134
12
149
168
166
13
186
200
147
14
117
181
121
15
204
216
190
16
217
209
200
17
254
214
206
18
272
239
219
19
163
187
183
20
190
154
180
21
212
201
176
22
251
211
182
23
171
189
154
24
187
198
198
25
246
163
208
4690
4672
4443
Mean
187
177
186
Std.Deviation
43.66
25.12
25
Std. Error Mean
8.73
5.02
5





Dari tabel kadar glukosa darah responden setelah terapi olahraga: jalan kaki, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan terapi olahraga : jalan kaki  rata-rata kadar glukosa darah responden pada perlakuan I yaitu: 187 mg/dL, perlakuan II: 177 mg/dL dan perlakuan III yaitu: 186 mg/dL.
  1. Perbandingan kadar glukosa darah responden sebelum dan setelah terapi olahraga jalan kaki
No
Kadar Gula Darah
I
II
III
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
1
190
156
209
147
190
187
2
201
178
211
189
207
184
3
187
164
197
171
199
165
4
186
115
189
148
186
151
5
214
198
201
190
207
196
6
212
200
224
200
214
200
7
257
216
248
216
245
201
8
234
218
214
198
204
167
9
194
159
197
167
189
141
10
187
167
211
178
200
187
11
160
105
189
141
174
134
12
179
149
197
168
189
166
13
209
186
215
200
194
147
14
157
117
197
181
169
121
15
248
204
287
216
216
190
16
251
217
294
209
229
200
17
297
254
251
214
267
206
18
294
272
287
239
286
219
19
187
163
200
187
200
183
20
216
190
197
154
198
180
21
251
212
264
201
216
176
22
278
251
249
211
247
182
23
198
171
200
189
200
154
24
200
187
261
198
247
198
         25
267
246

198
163
283
283
208
5454
4690

5587
4672

5356
4443
Mean
218
187
214
177
223
186
Std.Deviation
39.73
43.66
31.24
25.12
33.51
25
Std. Error Mean
7.94
8.7
6.24
5.02
6.70
5

Dari tabel perbandingan kadar glukosa darah responden sebelum dan setelah terapi olahraga: jalan kaki, dapat dilihat bahwa pada perlakuan I, II dan III menunjukkan bahwa 100% responden mengalami penurunan kadar glukosa darah setelah terapi olahraga: jalan kaki.
Pada perhitungan t-test dengan menggunakan spss 12.0 for windows didapatkan :
Perlakuan I
ttest  = 2.588 > t tabel 2.021 dari hasil tersebut H1 diterima, yang artinya ada pengaruh terapi olah raga : jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetus Milletus type 2.
Perlakuan II
ttest  = 4.554  ttabel = 2.021 dari hasil tersebut H1 diterima, yang artinya ada pengaruh terapi olah raga : jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetus Milletus type 2.
Perlakuan III
ttest  = 4.401  > ttabel = 2.201dari hasil tersebut H1 diterima, yang artinya ada pengaruh terapi olah raga : jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetus Milletus type 2.
Hasil di atas menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan nilai ttest selalu lebih besar dari ttabel sehingga H1 diterima, yang artinya ada pengaruh terapi olah raga : jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetus Mellitus type 2.
                   
  1. Pembahasan
1. Kadar glukosa darah responden sebelum terapi olahraga: jalan kaki
Sebelum terapi olahraga: jalan kaki, dapat dilihat bahwa rata-rata kadar glukosa darah responden pada perlakuan I yaitu: 218mg/dL, perlakuan II yaitu: 214mg/dL dan perlakuan III yaitu: 223mg/dL.
Menurut Rumoharbo (1999) Diabetes Mellitus tipe 2 timbul sebagai kelainan heterogen yang mencakup baik faktor genetik maupun lingkungan yang ditandai kenaikan kadar glukosa darah. Faktor-faktor  yang mempertinggi resiko Diabetes Mellitus adalah: jenis kelamin, kelainan genetik, usia, stres, pola makan yang salah dan lain-lain seperti: kortikosteroid yang tinggi, obat-obatan serta racun. Diabetes Mellitus tipe 2 lebih sering terjadi  pada orang yang mengalami obesitas akibat gaya hidupnya. Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok yang beresiko tinggi, antara lain: dewasa usia 45 tahun atau lebih dengan obesitas atau dengan riwayat orang tua menderita diabetes. 
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor: aktivitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu pasien mengatasi kondisi kronis. Intervensi yang direncanakan bersifat individual didasarkan pada: usia, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan dan kemampuan secara mandiri untuk melakukan keterampilan yang dibutuhkan oleh rencana penatalaksanaan. Penyatuan aspek psikososial ke dalam rencana keseluruhan adalah vital.
Jika dilihat dari distribusi kadar glukosa darah yang tinggi (>200mg/dL) sebelum dilakukan terapi olahraga: jalan kaki menunjukkan bahwa responden belum menjalankan penatalaksanaan diabetes dengan baik. Selain itu juga dipengaruhi peran petugas kesehatan dalam pemberian penyuluhan awal dan berkelanjutan tentang aktifitas fisik, diet, obat dan kontrol ke sarana kesehatan yang kurang maksimal serta kurangnya peran aktif keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita diabetes.
2. Kadar glukosa darah responden setelah terapi olahraga: jalan kaki
Setelah dilakukan terapi olahraga : jalan kaki selama 3x dalam seminggu, rata-rata kadar glukosa darah responden pada perlakuan I yaitu: 187 mg/dL, perlakuan II: 177 mg/dL dan perlakuan III yaitu: 186 mg/dL.
Menurut Asdie A.H (1997) yaitu pada otot-otot yang aktif bergerak tidak diperlukan insulin untuk memasukan glukosa kedalam sel karena pada otot yang aktif sensitifitas reseptor insulin menjadi meningkat sehingga ambilan glukosa meningkat 7 – 20 kali lipat. mekanisme reglukosasi ambilan glukosa oleh otot pada waktu aktif bergerak disebabkan oleh :
1)      Insulin memacu pelepasan muscle activating factor (MAF) pada otot yang  sedang bergerak, sehingga menyebabkan ambilan glukosa oleh otot tersebut menjadi bertambah dan ambilan glukosa oleh otot yang tidak berkontraksipun ikut meningkat. Saat ini MAF diduga bradikinin.
2)      Adanya aksi lokal hormon pada anggota badan yang sedang bergerak yang disebut non supresible insulin like activity (NSILA) yang terdapat  pada aliran limfe dan tidak dalam darah anggota badan tersebut.
3)      Adanya peningkatan penyediaan glukosa dan insulin, karena adanya peningkatan aliran darah kedaerah otot yang aktif bergerak.
4)      Adanya hipoksia lokal yang merupakan stimulus kuat untuk   pengambilan glukosa.
5)      Adanya interaksi proses metabolik, dimana bila glikogenolisis  meningkat maka pembakaran glukosa menurun, karena glukosa 6 fosfat menghambat enzim hexokinase, disamping peningkatan  oksidasi asam lemak bebas.
Dari distribusi kadar glukosa darah setelah dilakuakan terapi olahraga: jalan kaki menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami penuruan kadar glukosa darah(200mg/dL), hal ini berarti terapi olahraga: jalan kaki dapat dijadikan sebagai salah satu olahraga alternatif yang dapat diberikan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dalam pengaturan glukosa darah, karena pada saat melaksanakan olahraga kebutuhan glukosa meningkat dibanding saat beristirahat. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kadar glukosa dalam darah. Selain glukosa, lemak juga berperan sebagai sumber energi saat berolahraga, karena pada saat glikogenolisis meningkat maka pembakaran glukosa menurun dan sebaliknya terjadi peningkatan oksidasi asam lemak bebas. Hal ini mengakibatkan penurunan kadar lemak dalam darah.
Manfaat lain yang bisa diperoleh dari olahrga: jalan kaki diantaranya: untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Apabila olaraga: jalan kaki dilaksanakan secara berkelompok dapat memberi rasa senang pada anggota, juga dapat memotivasi untuk terus melakukan olahraga secara kontinyu dan teratur.
  1. Analisa Pengaruh Olahraga: Jalan Kaki Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan perbandingan kadar Glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi, 100% responden mengalami penurunan kadar glukosa darah setelah dilakukan terapi olahraga: jalan kaki.
Hasil ini juga dikuatkan dari analisa statistik dengan menggunakan uji t-test :
Perlakuan I          :    ttest = 2,588 > ttabel 2,021
Perlakuan II         :    ttest = 4,554 > ttabel 2,021
Perlakuan III       :    ttest = 4,401 > ttabel 2,021
yang artinya ada pengaruh terapi olahraga: jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
Menurut Asdie A.H (1997) yaitu pada otot- otot yang aktif bergerak tidak diperlukan insulin untuk memasukan glukosa kedalam sel karena pada otot yang aktif sensitifitas reseptor insulin menjadi meningkat sehingga ambilan glukosa meningkat 7 – 20 kali lipat. Arisman (2011) Hal ini berarti ada kesesuaian antara teori dengan penurunan kadar glukosa darah setelah dilakukan terapi olahraga: jalan kaki.
Menurut Arisman (2011) penderita diabetes belum diperkenankan menyalurkan hobi berolahraga saat kadar glukosa darah puasa sebesar > 250 mg/dL( glukosa darah sewaktu > 300 mg/dl ) atau kadar glukosa darah puasa atau sewaktu sebesar < 100 mg/dL, atau terperiksa mengandung benda keton. Olahraga yang dilakukan saat kadar glukosa darah masih tinggi akan berimbas pada peningkatan sekresi kadar glukagon, hormon pertumbuhan dan ketekolamin : semuanya ini akan memicu glukoneogenesis hati. Glukosa kemudian terlepas lebih banyak, mengakibatkan lonjakan glukosa darah. Itulah sebabnya mengapa penderita diabetes baru boleh berolahraga setelah kadar glukosa darahnya optimal. Jadi olahraga yang dipaksakan pada pasien diabetes dengan  glukosa darahnya tidak terkendali (kadar glukosa darah minimum 300-400 mg/dl) bahkan akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, asam lemak bebas dan benda keton: semua ini tentu saja akan memperburuk gangguan metabolik yang telah ada.
Pengendalian yang sangat ketat tidak perlu diterapkan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak menerima suplai insulin. Pemantauan kadar glukosa darah sebelum dan setelah olahraga semata-mata untuk mengetahui pengaruh olahraga terhadap kadar glukosa darah, disamping untuk antisipasi hipoglisemia yang tentu saja memerlukan suplemasi karbohidrat.
Ana Fitria (2009) menyatakan pada saat berolahraga, permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi, sehingga resistensi insulin berkurang atau dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan insulin berkurang. Respon ini bukan merupakan efek yang menetap dan berlangsung lama tetapi hanya terjadi setiap kali berolahraga.
Bagi penderita diabetes, olahraga bersifat individual dan dipengaruhi kondisi penderita. Sebelum berolahraga, penderita diabetes disarankan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan (medis) dan faal (kebugaran) pada dokter untuk mengetahui tingkat kebugaran dan kondisi metaboliknya. Dalam berolahraga diperlukan keteraturan untuk mencapai efek pengaturan kadar glukosa yang optimal. Oleh karena itu, sebaiknya olahraga dilakukan 3 kali dalam seminggu.

KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1)      Rata-rata kadar glukosa darah responden sebelum perlakuan I yaitu: 218mg/dL, perlakuan II yaitu: 214mg/dL dan perlakuan III yaitu: 223mg/dL.
2)      Setelah dilakukan terapi olahraga: jalan kaki, rata-rata kadar glukosa darah responden pada perlakuan I yaitu: 187 mg/dL, perlakuan II: 177 mg/dL dan perlakuan III yaitu: 186 mg/dL.
3)       Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi olahraga: jalan kaki terhadap perubahan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.


Saran
1)      Bagi pasien, terapi olahraga: jalan kaki dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pada penatalaksanaan Diabetus Milletus karena selain mudah dilaksanakan, murah juga dapat dilaksanakan secara individu maupun kelompok.
2)      Pihak Puskesmas Sukomulyo dapat menjadikan terapi olahraga : jalan kaki sebagai sarana komunikasi antara petugas dengan diabetisi maupun antar sesama diabetisi.
3)      Peran Perawat diperlukan dalam sosialisasi olahraga: jalan kaki mengingat tidak semua diabetisi diperbolehkan berolahraga karena diabetisi dengan kadar glukosa tak terkendali (>300 mg/dl) akan memperburuk kondisi metabolismenya.
4)      Perlu penelitian lebih lanjut mengenai terapi olahraga : jalan kaki tanpa penggunaan obat hipoglikemi oral, alternatif maupun diit makan.
KEPUSTAKAAN

Arisman, 2011. Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia : Konsep, Teori dan Penanganan Aplikatif. Jakarta : EGC.

Asdie, 1997. Latihan Jasmani Sebagai Terapi Pada Diabetes Mellitus. Jakarta.

Alimul H, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth  J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Fitria, Ana. 2009. Diabetes Tips Pencegahan Preventif dan Penanganan, Yogyakarta : Venus.

H. Alimul Azis, 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Hairy, Jusnul. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : P2LPTK.

Kusnanik, dkk. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Olahraga. Surabaya : UNESA, University Press.

Lanywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit kencing Manis. Yogyakarta : Kansius.

Mubin, Halim. 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC.

Murray, dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta : EGC.

Mansjor, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculapius FKUI.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam dan Pariani S. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto.

Robbins, 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Rumahorbo, Hotma, 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : ECG.

Setiadi. 2007. Komsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikl Bedah. Jakarta : EGC.

Sudoyo. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid 3. Jakarta : EGC.

Soeprapto, dkk. 2000. Metode Penelitian dan Penulisan Skripsi. Surabaya .

Sulis. Blogspot.com/2011/05/Konsep Dasar Dalam Berak. Html .

Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia

Win de Jong, dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar